5.04.2009

Laporan Rumput Laut (Seaweed)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu dari potensi Indonesia yang sudah dimanfaatkan dan dipergunakan sebagai bahan baku karaginan dan agar-agar. Hal ini karena rumput laut sudah bisa dibudidayakan. Salah satu dari jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri adalah Gracillaria sp. Jenis rumput laut ini sangat mudah untuk dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisi perairan di laut, seperti tambak. Perlu kita ketahui kondisi perairan yang merupakan habita asli dari rumput laut, memiliki kualitas air yang bagus. Sementara jika diperhatikan dengan kondisi tambak yang kualitas airnya kurang baik, akan tetapi Gracillaria sp, dapat mentolerir kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan aslinya. Selain itu juga jenis rumput laut ini dapat mentolerir salinitas terendah adalah 15 ppt, sedangkan salinitas tertiggi 50 ppt.

B. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari kegiatan praktikum tentang budidaya rumput laut dari jenis Gracillaria sp di Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut Air Payau dan Udang (BPBPLAPU), diantaranya sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui bagaimana teknik budidaya rumput laut dari jenis Gracillaria sp, di perairan tambak.
2. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan budidaya rumput laut di Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut Air Payau dan Udang (BPBPLAPU).
3. Menambah wawasan dan keterampilan tentang budidaya rumput laut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi
Sejak diperkenalkan istilah “algae” oleh LINNAEUS, maka pamakaian atau penggunaannya terus barlaku sekarang. Algae dimasukan sedalam divisi Theallophyta (tumbuhan berthallus) karena mempunayai struktur kerangka tubuh (Moirfologi) yang tidak berdaun, berbatang dan berakar dari thallus (Batang) saja. Sampai kini Thallophyta memiliki 7 fila yaitu : Eugenophyta, Chlorophyta, chrysophyta, pyrophyta, phaeophyta, rhodophyta dan cryptophyta.

Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubunggan filogenetik diantara kelas secara khas dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat dan komposisi dinding sel. Kehadiran fikobilin pada cyanophyta dan rhodophyta telah menimbulkan dugaan bahwa ada hubungan filogeni di antara kedua divisi ini. Di laut, proporsi jenis masing – masing fila adalah :
Tabel 1. Jumlah Spesies Masing – Masing Fila Thallophyta di Laut

Fila Jumlah Spesies (Jenis) Proporsi (%) Sifat Hidup
• Chlorophyta
• Chrysophyta
• Coccolithophorid
• Diatom
• Phyrophyta
• Dinoflagellata
• Phaeophyta
• Rhodophyta
- Cryptophyta 7.000

200
6000-10.000

1.100
1.500
4.000
7.500 13

96
30-50

93
99,7
98
75 Benthos

Plaktonik
Planktonik

Planktonik
Benthos
Benthos
Benthos

Gracillaria sp.
Di Indonesia algae ini mempunyai berbagai nama menurut daerahnya, misalnya : bulung sangu (Bali), rambu kasang (Jawa Barat).
Ciri umum genus ini adalah :
 Thalli berbentuk silindris atau gepeng dengan percabangan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun.
 Di atas percabangan umumnya bentuk thalli agak mengecil.
 Perbedaan bentuk, struktur dan asal usul pembentukan organ reproduksinya sangat penting dalam perbedaan tiap spesies.
 Warna thalii beragam, mulai dari warna hijau coklat, merah, pirang, merah coklat dan sebagainya.
 Subtansi thalli menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan.

Gracilaria
Jenis rumput laut yang merupakan pakan terbaik abalone yaitu Gracilaria dan Laurencia termasuk dalam devisi ini, Gracilaria termasuk dalam ordo Girgatinales dan famili Gracilariceae. Divisi rumput laut merah ini dicirikan dengan tidak adanya fase berflagela (berbulu cambuk), adanya pigmen fotosintesis yang disebut Phycobillin (yang terdiri dari phycoerythrin dan phycocyanin), adanya lamella fotosintesis dalam Chloropast yang tidak terkumpul (disebut thylakoid), mempunyai tepung floridea (kanji) sebagai cadangan makanan (Blod and Wynne, 1985).

Devisi ini juga dicirikan dengan adanya reproduksi seksual oogamus yang terdiri dari sel betina yang disebut carpogonia dan gamet jantan yang disebut spermatia. Namun ada beberapa jenis yang tidak bereproduksi secara seksual.

Aslan (1991) menambahkan bahwa alat pelekat (holdfish)pada rumput laut merah terdiri dari sel tunggal atau jamak pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel) dan multiaksial (banyak sel) di ujung thallus, bersifat adaptasi kromatik, yaitu memoliki penyesuaian antara proposi pigmen dengan beberapa kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli sehingga menjadi berwarna merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran dan furselaran.

Familli Gracilariceae dicirikan dengan carposporophyte berkembang kearah luar thallus, tetrasporagia terbagi secara crucaitedan kontruksi pseudoparanchymatous dimana sel medulanya berbentuk isodiametric dan tidak berfilamen. Gracilaria, yang berasal dari kata latin Gracilis yang berarti langsing, merupakan agarophyta (rumput laut yang menghasilkan agar) yang paling berharga komersial dan terdapat 100 jenis yang tersebar dilaut temperate dan tropis. Di Indonesia, Gracilaria sering disebut rumput laut merah, bulung sangu (Bali) atau rambu kasang (Jawa Barat).

Rumput laut ini mempunyai thalus yang kaku, berwarna ungu kehijauan (Glacilaria arcuata), coklat kehijuan atau coklat tua (Glacilaria edualis),coklat kehijauan sampai ungu (Glacilaria eucheumoides), coklat tua sampai ungu atau hijau zaitun (Glacilaria heteroclada) dan coklat kemerahan sampai ungu (Glacilaria manilaensis). Thalus berukuran 8-60 cm. Hidup di daerah subtidal yang dangkal, melekat pada batu karang hidup atau mati, cangkang kerang, batu-batuan lainnya.

Rumput laut ini bisa ditemukan hidup di teluk atau laguna yang keruh, dangkal yang dekat dengan aliran air tawar yang mengandung banyak nutrient. Biasanya melekat di batu pasir, lumpur dan sebagainya. Pertumbuhan Glacilaria diketahui lebih baik di tempat yang dangkal dimana memiliki intensitas cahaya yang tinggi daripada di tempat yang dalam. Suhu yang oftimum untuk pertumbuhan adalah 20-280C, dan mampu hidup pada kisaran salinitas tinggi, bahkan dapat hidup pada 500/00.

Thalii Glacilaria biasanya berbentuk silindris sampai pipih dengan tekstur seperti tulang rawan, percabangan banyak, ada yang sederhana tetapi adapula yang rumit dan rimbun. Setelah percabangan biasanya thalii menjadi lebih kecil. Glacilaria mempunyai pertumbuhan uniaxial, dengan sel tunggal yang tumbuh ditiap ujung tali. Kumpulan cabang dichotomous Glacilaria verrucosa mempunyai panjang hampir 30-40 cm. Thalii dapat berwarna hijau kecoklatan, merah, pirang merah kecoklatan merah tua, merah muda dan sebagainya.

Siklus hidup Gracillaria bergantian fase isomorphic dengan gametophyte dioecious. Spermatia dihasilkan di permukaan dari dasar atau dari permukaan dasar conceptacles, dimana hal ini digunakan untuk membedakan tiga sub genus Gracillaria (Bold and Wynne, 1985). Perbedaan bentuk, struktur dan asal usul pembentukan organ reproduksi sangat penting dalam membedakan jenis Gracillaria.

B. Persyaratan lokasi

1. Pemlihan Lokasi
Untuk memulai usaha budidaya rumput laut ada beberapa factor yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah :
 Lokasi harus terlindung dari ombak laut yang besar agar rumput laut tidak rusak.
 Kedalaman air pada pasang surut yang terendah berkisar antara 30-60 cm
 Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan berpasir
 Air jernih (tidak keruh) agar proses assimilasi berlangsung dengan baik, dan terhindar dari pencemaran limbah industri maupun buangan oli kapal, dan jauh dari sumber air tawar
 Salinitas air laut berkisar antara 30-40‰
 Suhu air laut antara 28-32 0 C antara 6,5-8
 kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3-8 ppm.

2. Pemilihan bibit
Pada dasarnya pemilihan bibit ini bertujuan agar pertumbuhan rumput laut menjadi baik, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Bibit berupa stek pilihan dari tanaman yang segar dapat diambiil dari tanaman yang tumbuh secara alami, ataupun dari tanaman hasil budidaya.
 Bibit yang akan ditanam bercabang banyak, utuh, tanpa luka, harus baru dan masih muda.
 Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, bibit harus tetap basah attaupun terendam air laut.
 Sebelum dilakukan penanaman, bibit dikumpulkan pada tempat-tempat tertentu, misalnya keranjang atau jaring dan diusahakan bibit tidak terkena minyak, kehujanan dan tidak kekeringan.

C. Teknik Pemeliharaan
Metode pemeliharaan setiap rumput laut berbeda satu sama lainnya. Namun secara umum dikenal tiga metode pemeliharaan rumput laut berdasarkan letak bibit terhadap dasar perairan, yaitu :

1. Metode Dasar ( bottom methode )
Metode dasar adalah cara pemeliharaan dimana bibit ditebarkan di dasar perairan yang datar. Penanaman dengan metode ini dilakukan 2 macam :
 Bibit (thalus) dipotong dengan ukuran sekitar 20-25 cm dengan berat 75-100 gram, kemudian disebarkan pada dasar perairan.Cara ini dilakukan pada perairan yang relative diam.
 Bibit (thalus) setelah dipotong diikat pada batu karang atau balok semen, kemudian diatur berbaris dengan jarak 20-25 cm di dasar perairan. Cara ini dilakukan pada perairan yang ada ombaknya.













Gambar : Rumput laut dasar






2. Metode Lepas Dasar ( off bottom method )
Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir, sehingga mudah untuk menancapkan patok / pancang. Bibit ( thalus ) diikatkan pada tali atau jaring yang direntang diatas dasar perairan dengan pancang kayu atau.
Bahan-bahan yang digunakan dalam metode ini diantaranya :
• Potongan bambu atau kayu dengan ukuran 1-1,5 m dengan salah satu ujungnya runcing digunakan sebagai pancang.
• Tali plastic atau tali dari bahan monofilament, tali nilon no. 2000, sebagai tempat mengikat bibit.
• Tali raffia untuk mengikat bibit
• Apabila menggunakan jaring direntangan dengan patok, maka ukuran jaring 2,5 x 4 m2 dengan lebar mata jaring 25-30 cm.
Jarak tali atau jaring dengan dasar perairan kira-kira 25 cm. jarak bibit dengn bibit lainnya kira-kira 25 cm. bibit yang akan ditanam berukuran antara 100-150 gram, dalam satu petak direntangkan 10 monolisme (Tali plastik). Satu monoline terdapat 10 ikat, sehingga dalam satu petak
Terdapat 200 ikat atau kurang lebih 20 kg bibt.

3. Metode Apung (Floating method)
Metoda terapung dilakukan dengan cara membuat rakit dari bamboo dan kayu yang ukurannya 2-4 meter. Metode ini memiliki dua modifikasi yaitu monoline dan net seperti yang dilakukan dengan metode dasar. Metode ini baik diterapkan di tempat yang pergerakan airnya berupa ombak atau lokasi yang dasar perairannya berupa karang yang keras ( sulit untuk menancapkan pancang ).

Agar rakit tidak tidak hanyut sebaiknya dipasang jangkar. Untuk efisensi pemakaian area. Menyatukan rakit dalam jumlah banyak akan berpengaruh jelek terhadap pertumbuhan rumput laut. Jumlah rumput laut yang disatukan sebaiknya 10 rakit dengan ukuran 2 x 5 m2.



BAB III
METODOLOGI
A. Waktu Pelaksanaan
1. Hari, Tanggal : Rabu-Jum’at, 19-21 November 2008
2. Tempat : Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut, Air Payau dan Udang (BPBPLAPU) Karawang.

B. Alat Dan Bahan
1. Bambu
2. Tali tambang
3. Tali rapia
4. Timbangan
5. Sterofoam
6. Pelampung (botol aqua)
7. Bibit rumput laut (Gracillaria sp)
8. Gunting/pisau

C. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Membuat dan merakit tempat penanaman rumput laut dengan system longline, dengan sebuah tali yang diikat dan diberi pelampung berupa botol,
3. Ikat beberapa utas tali pada sebuah bamboo atau kayu, kemudian pasangkan pelampung berupa botol dari minuman mineral,
4. Pemangan tali dan pelampung bisa dilakukan di darat atau di perairan langsung,
5. Siapkan benih Gracillaria sp, yang akan ditanam,
6. Timbang rumput laut tersebut dengan berat rata-rata untuk satu ikat rumput laut yaitu 100 gram,
7. Ikat benih rumput laut tersebut dengan cara agak longgar agar rumput laut dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak terhambat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Lokasi Pemeliharaan : Saluran pembuangan Tambak
2. Jenis : Gracillaria sp.
3. Metode Pemeliharaan : Sistem apung (Longline)
4. Luas Pemeliharaan : 60 m2
5. Jenis tali : Polyetheline D 0,3 cm
6. Jenis pelampung : Botol air Mineral (0,5 – 1 liter)
7. Jarak antar pelampung : 1,5 meter
8. Jarak antar tali longline : 80 cm
9. Bibit : Rumput laut jenis Gracillaria
10. Berat : 100 gr/ikat (perubahan 200-300 gr/minggu)
11. Pembersihan : 1 minggu sekali
12. Pemeliharaan : 4 bulan
13. Treatment : Perlakuan I = 3 ikat/pelampung
14. Perlakuan II = 4 ikat/pelampung
15. Perlakuan III = 5 ikat/pelampung
16. Panen : 4 – 5 kg/ikat
17. Kualitas air : Suhu = 20 – 300 C
18. pH = 9,4
19. Salinitas = 28–38 ppt (fluktuasi mak 2 ppt)
20. Kedalaman 40-50 cm
21. Kandungan : Imoksida atau Vaksin untuk kekebalan tubuh yang berupa bintik – bintik pada rumput laut yang akan dimakan oleh udang yang terdapat pada bagian bawah rumput laut.
22. Harga : Kering = Rp. 3000/Kg
23. Basah = Rp. 300/ kg
24. Pemasaran : Impor = Bekasi, Subang, Karawang, indramayu
25. Ekspor = Korsel, China, Jepang, Eropa
26. Fungsi :Bahan kosmetik, pembuatan kapsul, Kertas, sKeramik, Makanan dll.

B. Pembahasan

1. Metode Pembuatan Tali Longline
Ada dua cara dalam pembuatan tali dengan system longline berdasarkan tempat merakitnya. Bisa dibuat di darat dan bisa dibuat di perairan langsung. Dari kedua cara ini yang paling efisien terhadap waktu yaitu pembuatannya langsung dilakukan di perairan. Selain itu juga dapat memudahkan dalam pengukuran jarak antara pelampung.

2. Metode Pengikatan Gracillaria sp
Di Balai Pengambangan Budidaya Perikanan Laut Air Payau dan Udang (BPBPLAPU) Karawang, memiliki teknik penanaman Gracillaria sp yang cukup sederhana. Ada 3 metode bagaimana cara pengikatan rumput laut ini, diantaranya 3 ikat, 4 ikat, dan 5 ikat rumput laut antar pelampung. Jarak antar pelampung berkisar antara 1,5 m. Dimana pelampung yang digunakan berupa botol mineral dengan ukuran 600 ml. Perbedaan dari ketiga perlakuan ini mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap beberapa factor. Yang pertama akan berpengaruh terhadap daya apung terhadap pelampung tersebut. Dengan demikian, jumlah ikatan rumput laut dapat mempengaruhi terhadap daya apung pelampung tersebut. Jika terlalu tenggelam atau atau rumput laut tidak terendam di air, maka ini akan berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya rumput laut tersebut. Kemudian jarak pengikatannya juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya juga, dimana rumput laut ini akan tumbuh 200-300 gram per minggu. Jenis tali yang digunakan adalah dari bahan Polyetheline D 0,3 cm.

3. Teknik Penanaman Gracillaria sp
Ada beberapa cara bagaimana teknik penanaman rumput laut yang telah dilakukan, khususnya di tambak, salah satunya dengan system longline. Teknik penanaman system longline sudah lama dilakukan di BPBPLAPU Karawang, dan cukup efektif untuk dilakukan. Salah satu dari keuntungan dengan system longline ini adalah efisien dalam segi biaya operasional, karena hanya cukup menggunkan tali dan pelampung berupa botol mineral yang bekas.

Bibit Gracillaria sp ditanam pada tali longline dengan cara diikat dengan tali rapia. Pengikatannya sedikit longgar dan tidak terlalu kencang, agar memudahkan rumput laut dalam pertumbuhannya dan perkembangannya. Jika terlau kencang dalam pengikatan rumput lautnya, maka petumbuhannya akan terhambat. Dengan demikian, akan lama untuk cepat besar.

4. Pemilihan Bibit Gracillaria sp
Pemilihan bibit perlu dilakukan karena untuk menentukan kualitas dari bibit rumput laut tersebut. Ciri-ciri untuk bibit yang baik, yaitu warnanya berwarna hitam atau coklat. Sebaiknya waktu pemilihan rumput laut ini dilakukan keitka suhu relative rendah. Tujuannya untuk menjaga dari kelembaban agar rumput laut tidak kering, dan suhunya tinggi maka akan menyebabkan rumput laut menjadi kering dan akhirnya akan kematian.

Bibit rumput laut didapatkan dari bagian rumput laut laut yang sudah dewasa, dengan mengambil bagian rumput laut yang maish muda dan biasanya terletak di bagian bawah. Bibit yang sudah diambil harus benar-benar bersih dari lumpur dan hama. Sehingga perlu adanya pembersihan terlebih dahulu agar bibit yang digunakan dapat tumbuh dengan baik.

5. Pemeliharaan Gracillaria sp
Lama pemeliharaan rumput laut dari jenis Gracillaria sp, berlangsung selama 4-5 bulan. Dari 100 gram bibit yang ditanam untuk setiap ikatannya, dalam 4-5 bula pemeliharaan dapat menghasilkan 4-5 kg/ ikat. Selama waktu pemeliharaan, dilakukan monitoring satu minggu sekali. Kondisi yang diamati daru rumput laut tersebut yaitu apakah terdapat banyak Lumpur atau tidak. Caranya dengan membersihkan rumput laut tersebut dengan mengupyak-ngupyakan bagian rumput laut yang terdapat Lumpur tersebut. Usahakan jangan sampai ada bagian rumput laut yang masih terdapat Lumpur, karena akan berakibat negatif terhadap pertumbuhan rumput laut tersebut.

Berdasarkan penelitian, untuk 1,43 ton/ Ha rumput laut dapat megahasilkan oksigen sama dengan 1 unit kincir dalam sistem polikultur udang windu. Akan tetapi apabila keberadaan rumput laut dalam 1 Ha melebihi 7 ton, maka akan berakibat fatal bagi udang karena kekurangan oksigen. Hal ini dikarenakan bahwa pada malam hari rumput laut akan fasiv melakukan fotosintesis dan akan melakukan proses respirasi. Sehingga pada malam hari rumput laut juga akan menggunakan oksigen.

6. Hama dan penyakit rumput laut

• Mikro (panjang tubuh < 2 cm) misalnya larva bulu babi yang bersifat planktonik, melayang – layang di dalam air dan kemudian menempel pada rumput laut
• Makro misalnya ikan Baronang, Bintang laut, Bulu Babi, Penyu hijau
• Untuk menaggulangi serangan hama dapat dilakukan dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar yang terbuat dari jarring
• Siput laut yang menempel dan suka memakan thilli rumput laut.

.Hama yang berasal dari jenis siput ini keberadaannya cukup merugikan bagi rumput laut tersebut. Siput ini akan memakan bagian rumput laut yang disebut dengan thili yang merupakan ujung dari rumput laut yang masih muda dan bagian yang akan tumbuh dan berkembang. Jika bagian thili ini dimakan oleh siput, maka rumput laut tidak akan tumbuh dan berkembang, dan bahkan lama-lama akan habis dimakan oleh siput tersebut. Cara mengatasi adanya hama dari jenis siput ini, yaitu bibit yang ditanam harus benar-benar terbebas dari siput tersebut. Kemudian harus dilakukan monitoring satu minggu sekali dengan cara membersihkan rumput laut.

7. Manajemen Kualitas Air
Kualitas air pada media tempat tumbuhnya rumput laut, harus sesuai dengan parameter kualitas air rumput laut. Terutama untuk salinitas dan oksigen harus cukup untuk pertumbuhan rumput laut. Batas tolerir salinitas tertinggi rumput laut yaitu 50 ppt, sedangkan batas tolerir terendah rumput laut yaitu 15 ppt. Dengan demikian, toleransi rumput laut terhadap salinitas ini cukup baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan dari hasil praktikum budidaya rumput laut dari jenis Gracillaria sp di tambak BPBPLAPU Karawang, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Rumput laut dari jenis Gracillaria sp ini dapat tumbuh di muara-muara sungai dan tambak, dan tidak semua jenis rumput laut dapat tumbuh, seperti Echotonia sp, dan jenis rumput laut yang lainnya.
2. Sistem penanaman rumput laut yang dilakukan di BPBPLAPU Karawang adalah dengan sistem longline.
3. Untuk bibit rumput laut berukuran 100 gram, selama lama pemeliharaan 4-5 bulan akan menghasilkan sekitar 4-5 kg.
4. Keberadaan rumput laut dengan jumlah 1,43 ton dalam satu Ha, akan menghasilkan oksigen setara dengan 1 unit kincir, sedangkan apabila lebih dari 7 ton dalam satu Ha, maka akan menyebabkan persaingan oksigen apabila dilakukan secara polikultur dengan udang windu pada waktu malam hari.

B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat direkomendasikan dalam praktikum tentang budidaya rumput laut, sebaiknya di BPBPLAPU Karawang melakukan budidaya rumput laut dengan sistem intensif, karena sampai saat ini rumput laut hanya sebagai biofilter saja dan masih polikultur dengan udang windu.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com