5.27.2009

Budidaya Ikan Mas Koki Mutiara

1. PENDAHULUAN

Ikan koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan cina, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang di eksport dan harganyapun cukup tinggi.



Gambar 1. Ikan Mas Koki Mutiara
2. PEMIJAHAN

a. Pemilihan induk
1. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, dengan
ukuran minimum sebesar telur itik.
2. Pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan
tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan
tegak.
3. Untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan
dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan
betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya.



b. Perbedaan jantan dan betina
Induk Jantan
1) Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba
terasa kasar
2) Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan
keluar cairan berwarna putih Jika diurut, keluar cairan kuning
bening.


Induk Betina
1) Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
2) Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital
kemerah-merahan.


c. Cara pemijahan
1. Bak/aquarium yang telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan +
24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya.
2. Pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan kedalam bak pada sore
hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan
harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok.
3. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke
kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan erikutnya.
Jika perawatannya baik, maka 3 ~ 4 minggu kemudian induk sudah dapat
dipijahkan kembali.

3. PEMELIHARAAN BENIH

1. Setelah 2 ~ 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benih belum
diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya
(kuning telur).
2. Pada hari ke 3 ~ 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telah
disaring.
3. Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambut disamping
masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampu memakan cacing rambut
baru pemberian kutu air dihentikan.
4. Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebainya setelah benih berumur +
1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas.
5. Ketinggian air dalam bak 10 ~ 15 cm dengan pergantian air 5 ~ 7 hari sekali.
Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu.
6. Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapa
tanaman pelindung berupa eceng gondok.

4. PEMBESARAN

1. Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai
induk.
2. Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanaman
eceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi.
3. Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bak
berukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2 minggu
dengan dibagi 2.
4. Pergantian air dapat dilakukan 3 ~ 5 hari sekali, juga dengan air yang telah
diendapkan.
5. Makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan pada pagi hari
secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masih tersisa,
segera diangkat/dibersihkan.
6. Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan
betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan.
Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk
(cuk).
7. Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali
pemijahan.

5. PENUTUP

Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonimis tinggi. Untuk benih berumur 1 bulan harganya berkisar Rp. 30,- s/d Rp. 50,- sedangkan sepasang induk berkisar Rp. 5.000,- s/d 10.000,-. Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkan penghasilan yang lumayan.

Sumber : Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996.

Read More......

Budidaya Ikan Hias

1. PENDAHULUAN

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.

Ikan Guppy



Ikan Molly



Ikan Platy



Ikan Sword Tail



Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:

1. Ikan-ikan hias yang beranak.
2. Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
3. Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
4. Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
5. Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.


2. CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA

1. Induk Jantan
1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
2. Tubuhnya rampaing.
3. Warnanya lebih cerah.
4. Sirip punggung lebih panjang.
5. Kepalanya besar.
2. Induk Betina
1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
2. Tubuhnya gemuk
3. Warnanya kurang cerah.
4. Sirip punggung biasa.
5. Kepalanya agak runcing.

3. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN

1. Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
2. Suhu air berkisar antara 15 ~ 27°C.
3. pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
4. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.

4. TEKNIK PEMIJAHAN

1. Pemilihan induk. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasang-sepasang.
3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.

5. PERAWATAN BENIH

1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.

6. PENUTUP

Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,-sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.

Sumber : Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996




Read More......

Budidaya Ikan Hias Neon Tetra



Gambar 1. Ikan Neon Tetra

1. JENIS IKAN TETRA

Jenis-jenis ikan TETRA terkenal cukup indah. Bermacam-macam jenis tetra yang dikenal di Indonesia seperti Green Tetra, Blue Tetra, Silver Tetra, Neon Tetra & banyak lagi yang lain. Pada tulisan ini diketengahkan jenis neon tetra yang berasal dari sungai Amazon Amerika, dan telah berkembang biak di Indonesia. Neon Tetra (Hyphessobryconnesi), ikan hias ini termasuk ke dalam kelompok ikan hias yang paling menarik. Tubuhnya berjalur merah danbiru hijau sepanjang tubuhnya dari insang sampai ekornya. Ikan hias ini mudah dipelihara, kuat dan tidak gampang sakit/mati.

2. CARA MEMBIAKAN

Cara membiakkan ikan jenis ini masih cukup sulit dan memerlukan ketekunan serta pengalaman yang lama. Adapun untuk membiakan ikan ini di perlukan syarat-syarat tertentu antaralain:

1. Air harus steril dan bersifat asam (pH lebih kecil dari 6,4)
2. Senang pada tempat yang gelap.
3. Suhu sekitar 20°C

Cara membedakan jantan dan betina adalah sebagai berikut:

* Jantan Betina
Bentuk agak panjang Bulat pendek dan perut membesar Garis neon lurus Garis agak bengkok
* Cara membiakkannya:
1. Pisahkan induk-induk neon tetra.
2. Air hujan ditampung dan didiamkan sampai + 2 minggu.
3. Tempat yang dipergunakan untuk membiakkan, ikan tersebut dibersihkan ter lebih dahulu dan dicuci dengan tawas.
4. Masukkan air hujan tersebut kedalam tempat pemijahan.
5. Tetesi dengan air rendaman kayu asam.
6. Didiamkan 2 ~ 3 hari.
7. Masukkan tanaman atau daun-daunan untuk meletakkan telur neon tetra tersebut.
8. Masukkan induk tetra yang telah dipisahkan terlebih dahulu.
9. Tutuplah tempat tersebut dan berilah lubang cahaya sedikit agar supaya dapat melihat gerak-gerik ikan tersebut.
10. Jika terlihat jantan dan betina saling berkejar-kejaran, maka + 3 hari kemudian sudah terlihat telur-telur yang menempel pada daun atau akar yang telah disediakan.
11. Pindahkan induknya dan ditutup dengan kain hitam hingga tidak ada cahaya yang masuk.
12. Selama + 3 hari telur neon tetra tersebut menetas.
13. Anak ikan ini dapat diberi makanan infusoria yakni bakteri pembusuk pada daun kubis/kol yang dibusukkan setetes demi tetes.
14. Setelah + 2 - 3 minggu penutup sudah boleh dibuka kembali.
15. Kemudian akan terlihat anak-anak ikan tetra.
Di daerah panas seperti Jakarta sebaiknya membiakkan Tetra ini dilakukan dikamar mandi yang hawanya lembab dan dingin.

SUMBER : Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

Read More......

Pembenihan Ikan Bandeng (Chanos chanos)



1. PENDAHULUAN

Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan Teknologi budidaya bandeng di tambakdirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam menigkatkan teknologi budidaya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut menjadi sangat penting. Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam, pengembangan wilayah, penyediian dukungan terhadap pembangunan perikanan khususnya dan pembangunan nasional umumnya, kegiatan pembenihan bandeng di hatchery harus diarahkan untuk tidak menjadi penyaing bagi kegiatan penangkapan nener di alam. Diharapkan produksi benih nener di hatchery diarahkan untuk mengimbangi selisih antara permintaan yang terus meningkat dan pasok penangkapan di alam yang diduga akan menurun.

2. PENGERTIAN

Teknologi produksi benih di hatchery telah tersedia dan dapat diterapkan baik dalam suatu Hatchery Lengkap (HL) maupun Hatchery Sepenggal (HS) seperti Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT). Produksi nener di hatchery sepenggal dapat diandalkan. Karenaresiko kecil, biaya rendah dan hasil memadai. Hatchery sepenggal sangat cocok dikembangkan di daerah miskin sebagai salah satu upaya penaggulangan kemiskinan bila dikaitkan dalam pola bapak angkat dengan hatchery lengkap (HL). Dilain pihak, hatchery lengkap (HL) dapat diandalkan sebagai produsen benih bandeng (nener) yang bermutu serta tepat musim, jumlah dan harga. Usaha pembenihan bandeng di hatchery dapat mengarahkan kegiatan budidaya menjadi kegiatan yang mapan dan tidak terlalu dipengaruhi kondisi alam serta tidak memanfaatkan sumber daya secara berlebihan. Dalam siklusnya yang utuh, kegiatan budidaya bandeng yang mengandalkan benih hatchery bahkan dapat mendukung kegiatan pelestarian sumberdaya baik melalui penurunan terhadap penyian-nyian sumber daya benih species lain yang biasa terjadi pada penangkapan nener di alam maupun melalui penebaran di perairan pantai (restocking). Disisi lain, perkembangan hatchery bandeng di kawasan pantai dapat dijadikan titk tumbuh kegiatan ekonomi dalam rangka pengembangan wilayah dan penyerapan tenaga kerja yang mengarah pada pembangunan berwawasan lingkungan. Pada giliranya, tenaga yang terserap di hatchery itu sendiri selain berlaku sebagai produsen juga berlaku sebagai kondumen bagi kebutuhan kegiatan sehari-hari yang dapat mendorong kegiatan ekonomi masyarakat sekitar hatchery.


3. PERSYARATAN LOKASI

Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persyaratan lokasi adalah sebagai berikut.

1. Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery dibangun.
2. Mampu menjamin ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan;
* Pergantian air minimal; 200 % per hari.
* Suhu air, 26,5-31,0 0 C.
* PH; 6,5-8,5.
* Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.
* Alkalinitas 50-500ppm.
* Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).
* Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.
3. Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu diketahui secara rinci.
4. Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, speciesdominan, keberadaan predator dan kompretitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi.

4. SARANA DAN PRASARANA

1. Sarana Pokok
Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi adalah bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bak pemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan alami.
1. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.
Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian rupa sehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih). Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bak pemelihara induk, pemeliharaan larva, pemeliharan pakan alami, laboratorium kering dan basah serta saran lain yang memerlukan air tawar dan air laut serta udara (aerator). Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan pemeliharaan larva dan banguna kultur murni plankton serta diatur
menghadap ke kultur masal plankton dan dilengkapi dengan sistim pemipaan air tawar, air laut dan udara.
2. Bak Pemeliharaan Induk
Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat diletakkan di luar ruangan langsung menerima cahaya tanpa dinding.
3. Bak Pemeliharan Telur
Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter.
4. Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding balik. Untuk mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak larva diberi penutup berupa terval plastik untuk menyangga atap plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu.
Gambar 1. Bak Pemeliharaan Larva
5. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella sp dan Rotifera.
Bak kultur plankton chlorella sp disesuaikan dengan volume bak pemeliharaan larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar ruangan yang dapat langsung mendapat cahaya matahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada bagian atasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi dari pengaruh air hujan. Kedalamam bak kultur chlorella sp harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga penetrasi cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar tangki. Kedalaman air dalam tangki disarankan tidak melebihi 1 meter atau 0,6 m, ukuran bak kultur plankton chlorella sp adalah (20 x 25 x 0,6)m 3 . Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi baton yang ditempatkan dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding. Perbandingan antara volume bak chlorella, rotifera dan larva sebaliknya 5:5:1.
2. Sarana Penunjang Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah laboratorium pakan alami, ruang pompa,air blower, ruang packking, ruang genset, bengkel, kendaraan roda dua dan roda empat serta gudang (ruang pentimpanan barang-barang opersional) harus tersedia sesuai kebutuhan dan memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan serta keselamatan kerja.
1. Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton berguna sebagai tempat kultur murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat hatchery yang memerlukan ruangan suhu rendah yakni 22~25 0 C.
2. Laboratorium kering termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi, sebaiknya dibangun berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna sebagai bangunan stok kultur dan penyimpanan plankton dengan suhu sekitar 22~25 0 C serta dalam ruangan. Untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran hasil dilengkapi dengan fasilitas ruang pengepakan yang dilengpaki dengan sistimpemipaan air tawar dan air laut, udara serta sarana lainnya seperti peti kedap air, kardus, bak plastik, karet dan oksigen murni. Alat angkut roda dua dan empat yang berfungsi untuk memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benih harus tersedia tetap dalam keadaan baik dan siap pakai. Untuk pembangkit tenaga listrik atau penyimpanan peralatan dilengkapi dengan pasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air dan blower, ruang pendingin dan gudang.
3. Sarana Pelengkap
Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor, perpustakaan, alat tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang makan, ruang pertemuan, tempat tinggal staf dan karyawan.

5. TEKNIK PEMELIHARAN

1. Persiapan Opersional.
1. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakai dan bebas cemaran. Bak-bak sebelum digunakan dibersihkan atau dicuci dengan sabun detergen dan disikat lalu dikeringkan 2-3 hari. Pembersihan bak dapat juga dilakukan dengan cara membasuh bagian dalam bak kain yang dicelupkan ke dalam chlorine 150 ppm (150 mil larutan chlorine 10% dalam 1 m 3 air) dan didiamkan selama 1~2 jam dan dinetralisir dengan larutan Natrium thiosulfat dengan dosis 40 ppm atau desinfektan lain yi formalin 50 ppm. Menyiapkan suku cadang seperti pompa, genset dan blower untuk mengantisipasi kerusakan pada saat proses produksi.
2. Menyiapkan bahan makanan induk dan larva pupuk fytoplankton, bahan kimia yang tersedia cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu untuk tiap tahap pembenihan.
3. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin dan berpengalaman dan mampu menguasai bidang kerjanya.
2. Pengadaan Induk.
1. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor.
2. Pengangkutan induk jarak jauh menggunakan bak plastik. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, serta suhu 24~25 0 C. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi air barsalinitas rendah (10~15) ppt, serta suhu 24~25 0 C.
3. Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air. Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutup untuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas.
4. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan atau sampai selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali. Setelah selesai aklimatisasi salinitas segera dinaikan dengan cara mengalirkan air laut dan mematikan pasok air tawar.
3. Pemeliharaan Induk
1. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2~4 m 3 dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampai kedalaman 2 meter.
2. Pergantian air 150 % per hari dan sisa makanan disiphon setiap 3 hari sekali. Ukuran bak induk lebih besar dari 30 ton.
3. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak 6~8 % diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hari yaitu pagi dan masa sore.
4. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asam belerang < 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 0 C.
4. Pemilihan Induk
1. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisik bersih, cerah dan tidak banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.
2. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan dengan cara mem-bius ikan dengan 2 phenoxyethanol dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemah kanula dimasukan ke-lubang kelamin sedalam 20~40 cm tergantung dari panjang ikan dan dihisap. Pemijahan (striping) dapat juga dilakukan terutama untuk induk jantan.
3. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan gonad. Induk yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.
4. Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung sperma tingkat III yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyak sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang kelamin.
5. Pematangan Gonad
1. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan kegiatan reproduksi dengan cara penyuntikan dan implantasi menggunakan implanter khusus. Jenis hormon yang lazim digunakan untuk mengacu pematangan gonad dan pemijahan bandeng LHRH –a, 17 alpha methiltestoteron dan HCG.
2. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan perkembangan gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-a dan 17 alpha methiltestoteren masing-masing dengan dosis 100~200 mikron per ekor (berat induk 3,5 sampai 7 kg).
6. Pemijahan Alami.
1. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.
2. Pergantian air minimal 150 % setiap hari.
3. Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.
4. Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.
7. Pemijahan Buatan.
1. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan (implantasi).
2. Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masing-masing 100-200 mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya).
3. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH- a pada dosis 5.000-10.000IU per Kg berat tubuh.
4. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dari serat kaca atau beton ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar tangki.
8. Penanganan Telur.
1. Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt, sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
2. Selama inkubasi, telur harus diaerasi yang cukup hingga telur pada tingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan secara hati-hati ke dalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak penetasan antara 20-30 butir per liter.
3. Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan benturan antar telur yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tetas telur. Pengangkatan telur pada fase ini belum bisa dilakukan.
4. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri, penyakit dan parasit.
9. Pemeliharaan Larva.
1. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-31 0 C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
2. Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
3. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen.
4. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal.
5. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12-16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.
10. Pemberian Makanan Alami
1. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberi rotifera (Brachionus plicatilis) sebagai makanan sedang air media diperkaya chlorella sp sebagai makanan rotifera dan pengurai metabolit.
2. Kepadatan rotifera pada awal pemberian 5-10 ind/ml dan meningkat jumlahnya sampai 15-20 ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 hari setelah menetas, atau = 5.000.000 : 500:1 mulai hari ke 10 setelah menetas.
3. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupi pada saat larva berumur lebih dari 10 hari (Lampiran VIII.2). Sedangkan penambahan Naupli artemia tidak mutlak diberikan tergantung dari kesediaan makanan alami yang ada.
4. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng 1 : 1 dalam satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya berukuran sesuai dengan bukaan mulut larva pada tiap tingkat umur dan mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakan buatan komersial yang biasa diberikan untuk larva udang dapat digunakan sebagai pakan larva bandeng.
11. Budidaya Chlorella
Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksi larva yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastik yang tembus cahaya volume 3-10 liter yang berada dalam ruangan bersih dengan suhu 23-25 0 C, sedangkan untuk skala besar menggunkan wadah serat kaca volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehingga langsung dengan kepadatan ± 10 juta sel/m3. Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang digunakan sebaiknya pompa benam (submersible) untuk menjamin aliran yang sempurna. Pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta saringan yang bermata jaring 60-70 mikron, berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatanya per milimeter.
12. Budidaya Rotifera.
Budidaya rotifera skala besar (HL) sebaiknya dilakukan dengan cara panen harian yaitu sebagian hasil panen disisakan untuk bibit dalam budidaya berikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan dengan cara panen penuh harian (batch harvest). Kepadatan awal bibit (inokulum) sebaiknya lebih dari 30 individu/ml dan jumlahnya disesuaikan dengan volume kultur, biasanya sepersepuluh dari volume wadah. Wadah pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca volume 1-10 ton diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegah kemungkinan mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang dapat mempercepat pertumbuhan chlorella. Keberhasilan budidaya rotifera berkaitan dengan ketersediaan chlorella atau Tetraselmis yang merupakan makanannya. Sebaiknya perbandingan jumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 : 1 untuk mempertahankan kepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus tertentu perkembangan populasi rotifer dapat dipacu dengan penambahan air tawar sampai 23 ppt. Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakan ragi (yeast) pada dosis 30 mg/1.000.000 rotifer. Panen rotifer dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring 60-70 mikro berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatannya per milimeter. Pencatatan tentang perkembangan rotifer dilakukan secara teratur dan berkala serta data hasil pengamatan dicatat untuk mengetahui perkembangan populasi serta cermat dan untuk bahan pertimbangan pemeliharaan berikutnya.

6. PANEN

1. Panen dan Distribusi Telur.
Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok. Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium volume 30-100 liter, diareasi selama 15-30 menit dan didesinfeksi dengan formalin 40 % pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum diseleksi. Sortasi telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan menghentikan aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap. Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau persentasi yang baik kurang dari 50 %, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur menetas ( ± 12 jam).
2. Distribusi Telur.
Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 – 0,08 mm yang diisi air dan oksigen murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipak dalam kotak styrofoam. Makin lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan. Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara 20 – 25 0 C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air dapat dipertahankan tetap rendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telur menetas selama transportasi. Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan penyamaan suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam kantong dan diluar kantong sama maka telur dapat segera dicurahkan ke luar.
3. Panen dan Distribusi Nener.
Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata jaring 0,05 mm (gambar XI.3) supaya tidak melukai nener. Nener tidak perlu diberi pakan sebelum dipanen untuk mencegah penumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan mengurangi oksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan.
4. Panen dan Distribusi Induk.
Panen induk harus diperhatikan kondisi pasang surut air dalam kondisi air surut volume air tambak dikurangi, kemudian diikuti penangkapan dengan alat jaring yang disesuaikan ukuran induk, dilakukan oleh tenaga yang terampil serta cermat. Seser / serok penangkap sebaiknya berukuran mata jaring 1 cm agar tidak melukai induk. Pemindahan induk dari tambak harus menggunakan kantong plastik yang kuat, diberi oksigen serta suhu air dibuat rendah supaya induk tidak luka dan mengurangi stress. Pengangkutan induk dapat menggunakan kantong plastik, serat gelas ukuran 2 m 3 , oksigen murni selama distribusi. Kepadatan induk dalam wadah 10 ekor/m 3 tergantung lama transportasi. Suhu rendah antara 25 – 27 0 C dan salinitas rendah antara 10-15 ppt dapat mengurangi metabolisme dan stress akibat transportasi. Aklimatisasi induk setelah transportasi sangat dianjurkan untuk mempercepat kondisi induk pulih kembali.

7. ANALISA USAHA

Contoh Analisa Usaha Penbenihan Lengkap Bandeng. Modal yang Diperlukan (Data April 1993).

1. Biaya Investasi.
1. Tanah 1 Ha @ Rp 35.000,- Rp. 35.000.000,-
2. Konstruksi :
* 4 Bak Induk Vol. 100 Ton @ Rp 15.000,- Rp. 600.000,-
* 20 Bak larva vol 5 ton @ Rp 750,- Rp. 15.000.000,-
* 4 Bak plankton vol 5 ton @ Rp 750,- Rp. 3.000.000,-
* 5 Bak plankton vol 20 ton @ Rp 2.000 Rp. 10.000.000,-
* 4 Bak rotifera vol 5 @ Rp 750 Rp. 3.000.000,-
* 20 Botol plankton vol 10 liter @ Rp 3.000,- Rp. 60.000,-
* Bak bius vol 1 ton @ Rp 400,- Rp. 400.000,-
* 2 Bak penampungan induk vol 3 ton @ Rp 750,- Rp. 1.500.000,-
* 1 set alat lab. (mikroskop,timbangan,Induce,implamenter dll) Rp. 15.000.000,-
* 1 unit Genset & Instalasi Rp. 25.000.000,-
* 1 unit Pompa & instalasi Rp. 15.000.000,-
* 1 unit Blower & instalasi Rp. 5.000.000,-
* 1 unit AC Rp. 3.000.000,-
Jumlah Biaya Investasi Rp. 206.000.000,-
3. Prasarana Pokok.
* Bangunan tempat pemeliharaan larva Rp. 20.000.000,-
* Lab. Plankton (alga) Rp. 5.000.000,-
* Rumah karyawan Rp. 25.000.000,-
* Ruang panen Rp. 10.000.000,-
* Ruang makan Rp. 10.000.000,-
* Kantor Rp. 5.000.000,-
* Rumah jaga Rp. 1.000.000,-
* Rumah genset dan blower Rp. 1.000.000,-
* Gudang Rp. 5.000.000,-
* Refrigerator/Freezer Rp. 1.000.000,-
Jumlah Biaya Sarana Pokok Rp. 83.000.000,-
Jumlah Biaya Investasi (a+b+c) Rp. 288.000.000,-
2. Biaya Operasional per tahun.
1. Biaya tetap.
* Biaya perawatan 5% dari investasi Rp. 14.448.000,-
* Penyusutan 10% dari investasi Rp. 31.645.000,-
* Bunga modal 15% tahun Rp. 43.344.000,-
* Ijin usaha Rp. 2.000.000,-
Jumlah biaya tetap Rp 106.000.000,-
2. Biaya tidak tetap.
* Pengadaan induk 50 ekor @ Rp. 300.000,- Rp. 15.000.000,-
* Pakan, induk 3%x5x50x360x1.000 Rp. 2.700.000,-
* Larva, pupuk Rp. 5.000.000,-
* Hormon, bius, alkohol, formalin Rp. 15.000.000,-
* BBM : solar; 10x4x360xRp.380 Rp. 32.000.000,-
* Olie ; 8x4x12xRp 4.000,- Rp. 1.536.000,-
* Gaji karyawan :
o tenaga ahli 1x12x500 Rp. 6.000.000,-
o pekerja 10x12x100 Rp. 12.000.000,-
* Biaya tak terduga Rp. 10.000.000,-
Jumlah biaya tidak tetap. Rp 100.068.000,-
Jumlah total biaya operasional/tahun (a + b) Rp. 205.505.000,-
3. Penerimaan per tahun.
1. Produksi telur : 20 induk selama 6 bulan (20x300.000x6 bulan) = 36.000.000 butir telur.
2. Tingkat kelangsungan hidup 20 %. 7.200.000 benih
3. Harga jual/ekor Rp.20,- Rp. 144.000.000,-
4. Jumlah penerimaan selama 1 tahun Rp 288.000.000,-
4. Analisa Biaya dan Manfaat
1. Penerimaan kotor (III-II) Rp. 82.495.000,-
2. Pajak 10% dari penerimaan kotor Rp. 8.249.500,-
3. Perputaran uang sebelum dipotong Pajak (IV,1 & II A2/ Penyusutan Rp. 114.140.000,-
4. Pendapatan bersih= (IV.3-IV.2) Rp. 105.890.500,-
5. Jangka waktu pengambilan modal Investasi =2,7 tahun
6. Imbangan penerimaan biaya (R/C ratio)= 3) : 2) 1,4
7. Biaya produksi per PL
Total Biaya operasional = 205.505.00= Rp 13,70
Pembelian induk 15.000.000

Sumber : Pembenihan Bandeng, Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1994

Read More......

PEMBESARAN IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma Macropomum)



1. PENDAHULUAN

Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Magelang. Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain :

* Pertumbuhannya cukup cepat
* Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (OMNIVORA) yang condong lebih banyak makan dedaunan
* Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik
* Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami

2. PERSIAPAN KOLAM

Kolam untuk pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan air tawar lainnya. Persiapan kolam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan makanan alami dalam jumlah yang cukup.

1. Mula-mula kolam dikeringkan sehingga tanah dasarnya benar-benar kering. Tujuan pengeringan tanah dasar antara lain :
1. Membasmi ikan-ikan liar yang bersifat predator atau kompetitor (penyaing makanan).
2. Mengurangi senyawa-senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa beracun lainnya yang terbentuk selama kolam terendam.
3. Memungkinkan terjadinya pertukaran udara (aerasi) dipelataran kolam, dalam proses ini gas-gas oksigen (02) mengisi celah-celah dan pori-pori tanah.
2. Sambil menunggu tanah dasar kolam kering, pematang kolam diperbaiki dan diperkuat untuk menutup kebocoran-kebocoran yang ada.
3. Setelah dasar kolam benar-benar kering dasar kolam perlu dikapur dengan kapur tohor maupun dolomit dengan dosis 25 kg per 100 meter persegi. Hal ini untuk meningkatkan pH tanah, juga dapat untuk membunuh hama maupun patogen yang masih tahan terhadap proses pengeringan.
4. Kolam pembesaran tidak mutlak harus dipupuk. Ini dikarenakan makanan ikan bawal sebagian besar diperoleh dari makanan tambahan atau buatan. Tapi bila dipupuk dapat menggunakan pupuk kandang 25 - 50 kg/100 m2 dan TSP 3 kg/100 m2. Pupuk kandang yang digunakan harus benar-benar yang sudah matang, agar tidak menjadi racun bagi ikan.
5. Setelah pekerjaan pemupukan selesai, kolam diisi air setinggi 2-3 cm dan dibiarkan selama 2-3 hari, kemudian air kolam ditambah sedidit demi sedikit sampai kedalaman awal 40-60 cm dan terus diatur sampai ketinggian 80-120 cm tergantung kepadatan ikan. Jika warna air sudah hijau terang, baru benih ikan ditebar (biasanya 7~10 hari setelah pemupukan).


. PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENIH.

1. Pemilihan benih.
1. Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik.
2. Adapun ciri-ciri benih yang baik antara lain Sehat, Anggota tubuh lengkap, Aktif bergerak, Ukuran seragam, tidak cacat, Tidak membawa penyakit, jenis unggul.
2. Penebaran benih
Sebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikan tidak dalam kondisi stress saat berada dalam kolam. Cara adaptasi : ikan yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya air kolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam kolam masukkan sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya benih ditebar/dilepaskan dalam kolam secara perlahan-lahan.

4. KUALITAS PAKAN DAN CARA PEMBERIAN

Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dergan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yang diberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5 % berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung.

5. PEMUNGUTAN HASIL

Pemungutan hasil usaha pembesaran dapat dilakukan setelah ikan bawal dipelihara 4-6 bulan, waktu tersebut ikan bawal telah mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor, dengan kepadatan 4 ekor/m 2 . Biasanya alat yang digunakan berupa waring bemata lebar. Ikan bawal hasil pemanenan sebaiknya penampungannya dilakukan ditempat yang luas (tidak sempit) dan keadaan airnya selalu mengalir.

6. SUMBER

Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001.

Read More......

5.18.2009

Tip Larva Nila Gesit Keluar Bareng

Larva nila, termasuk nila gesit jarang keluar bareng dalam pemijahan secara tradisional. Karena waktu pemijahan setiap pasangan induk tidak bersamaan. Selain itu, perkembangan larva yang sedang dierami dalam mulut betina tidak sama. Jika larva yang keluar dari mulut induk betina tidak bareng, maka panen larva bisa sampai seminggu.

Kini ada satu cara agar larva nila gesit bisa keluar bareng. Cara ini sangat mudah dan setiap orang bisa melakukannya. Selain itu, tidak membutuhkan sarana produksi yang banyak, cukup dengan beberapa karung kotoran ayam atau puyuh saja. Tentu saja sarana produksi itu tidak mahal, cukup dengan uang puluhan ribu saja. Ingin tahu caranya, baca artikel ini hingga tuntas. Saya yakin artikel ini ada manfaatnya.

Secara ilmiah memang belum dikaji. Karena belum ada ilmuan yang tertarik dengan kejadian di dalamnya. Namun di lapangan sudah terbukti bahwa cara ini mampu membuat induk yang sedang mengerami mengeluarkan telurnya. Bukan kata orang atau dari buku, tetapi ini adalah pengalaman penulis sendiri.

Cara ini terinspirasi oleh siklus hidup ikan nila, dari telur hingga larva. Inspirasi juga muncul oleh proses tumbuhnya pakan alami di kolam pasca pemupukan. Dua belas tahun berkecimpung dengan nila sudah cukup bagi penulis untuk menggabungkan keduanya. Ternyata inspirasi itu membawa hikmah besar dan berhasil dengan baik dalam pemijahan nila.

Bicara soal siklus hidup nila, tentu saja penulis sudah tahu persis. Nila, termasuk nila gesit akan memijah 7 hari setelah penebaran. Telur dikeluarkan induk betina dan diletakan dalam sarang yang telah dibuat jantan. Pada saat yang bersamaan, jantan mengeluarkan sperma. Pada saat itulah terjadi pembuahan. Kemudian telur-telur yang sudah dibuahi akan disedot oleh induk betina.

Telur-telur itu akan disimpan dalam mulut betina (dierami) hingga menjadi larva yang dapat berenang dan mencari makan sendiri. Dalam tiga hari (10 hari dari penebaran telur) telur akan menetas, tapi belum menjadi larva yang sempurna. Dua hari kemudian, larva mulai diasuh di pinggir kolam, tapi belum dikeluarkan. Dua hari kemudian (14 hari dari penebaran), baru larva dikeluarkan, tapi tidak bareng.

Setelah berenang tentu saja larva itu butuh makan. Dari mana pakannya, tentu saja dari kolam itu sendiri. Namun pakan itu tidak muncul dengan sendirinya, tetapi melalui proses terlebih dahulu. Sedangkan yang saya tahu, tumbuhnya pakan alami dimulai pada hari ke tiga dan mencapai puncai pada hari kelima. Tapi itu juga tergantung keadaan kolam.

Lalu, adakah hubungannya dengan induk nila yang sedang mengerami. Dari pengamatan penulis di lapangan, ada bahkan jelas sekali. Asalkan waktunya tepat. Ternyata nila memiliki naluri yang sangat tinggi dalam memelihara kelangsungan hidu anaknya, termasuk memberinya makan. Buktinya betina selalu mengasuh dan memberi makan.

Nah sekarang pakan itu sengaja ditumbuhkan, yaitu dengan melalui pemupukan. Tentu saja naluri itu segera muncul sehingga puluhan atau ratusan betina yang sedang mengerami serentak mengeluarkan larva yang ada di mulutnya. Keadaan itu menyebabkan seluruh permukaan kolam pemijahan penuh dengan larva nila. Dan larva itu dengan mudah dapat ditangkap.

Lalu, bagaimana cara pemijahan tersebut. Ikuti langkah-langkah berikut :

* Siapkan sebuah kolam ukuran 500 m2 dan keringkan selama 5 – 7 hari. Perbaiki seluruh bagiannya. Pematang dilapisi dengan tanah dasar agar tidak bocor, pelataran tanah dasar diratakan dan kemalir juga dibuat dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm. Isi atau airi kolam setinggi 40 – 60 cm.
* Tebarkan induk betina sebanyak 300 ekor pada pagi hari. Tebarkan pula 100 ekor induk jantan pada hari yang sama.
* Beri pakan tambahan, berupa pelet tenggelam setiap hari dengan dosis tiga persen. Lakukan pemberian pakan itu sebanyak minimal dua kali, pukul 09.00 dan pukul 15.00.
* Tebarkan 6 karung kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering, dengan cara disebar di beberapa bagian kolam. Dalam 4 – 5 hari berikutnya, pakan alami sudah tumbuh. Saat itulah induk-induk yang sedang mengerami akan mengerluarkan larvanya secara serentak.
* Tangkap larva-larva itu dengan sekup halus pada hari ke 15 – 16 dari penebaran induk. Ukuran sekupnet harus besar dan diberi tangkai agar bisa menangkap lebih banyak dan jahttp://iaspbcikaret.org/index.php?option=comuh. Larva yang sudah ditangkap dimasukan dalam ember, lau ditampung dalam hapa. Larva siap ditebar ke kolam pendederan. Panen larva harus pagi-pagi, mulai pukul 05.30 hingga pukul 09.00. bila siang hari, larva sudah menyebar.
* Tebarkan kembali pupuk setelah satu minggu. Biarkan terjadi proses penumbuhan pakan alami dan proses pengeluaran akan terjadi seperti di atas. Demikian juga saat panennya.
* Angkat semua induk setelah tiga kali panen larva. Induk-induk tersebut dipelihara kembali di kolam pematangan gonad, untuk pemijahan berikutnya.
sumber :

Read More......

5.17.2009

Budidaya Ikan Arwana

Sumber malapetaka bagi penggemar ikan hias adalah kelalaian. Sekali saja lalai dengan tidak mengontrol aerator akuarium, bisa-bisa arwana yang dibudidayakan mati. Apalagi ceroboh, tentu lebih fatal akibatnya. Maka bagi penggemar yang sungguh-sungguh mencintai Ikan Arwana, pastilah memperhatikan seluk-beluk di sekitar perawatan. Harapannya, agar arwana dalam akuarium atau dalam Budidaya Arwana & Budidaya Ikan Arwana bisa tampil anggun dan asri. Lantas apa yang harus dilakukan?

1. Perhatikan peralatan aquarium
Berhasil tidaknya akuarium menjadi tempat yang nyaman bagi Ikan Arwana, sungguh dipengaruhi oleh kelengkapan sarana pendukungnya.

Aerator
Fungsi aerator atau pompa udara adalah menyuplai udara ke dalam air akuarium, dan sekaligus menguapkan atau mendorong hasil sisa-sisa pembakaran ke luar dari akuarium atau kolam Budidaya Arwana & Budidaya Ikan Arwana. Aerator dikatakan baik, jika arus listrik yang menggerakkannya kecil, tetapi udara yang ditiupkannya relatif banyak.

Heater & Thermometer
Alat pemanas (heater) ini diperlukan terutama pada waktu suhu air akuarium ikan Arwana Red turun drastis. Sedangkan alat pengontrol suhu air atau termometer juga dipasang dalam akuarium. Di daerah dingin, heater dan termometer ini sangat dibutuhkan.

Filter
Fungsi filter atau penyaring untuk menyaring air dalam akuarium. Kerja filter mencakup ini untuk menyedot air akuarium, menyaring, dan mengembalikannya lagi ke dalam akuarium dalam kondisi bersih.

Lampu TL
Keberadaan lampu TL, selain menyinarkan cahaya, juga sanggup mempercantik penampilan akuarium. Tapi, jangan sampai sinar lampu TL justru menimbulkan panas yang melebihi kebutuhan. Idealnya untuk akuarium seluas 80x40 cm memerlukan lampu TL berdaya 20 watt.

2. Rajin melakukan perawatan akuarium
Mau tak mau jika Anda terlanjur mencintai ikan arwana dalam akuarium, cukuplah rajin melakukan perawatan. Sebab déngan demikian itu, penampilan arwana dalam akuarium tampak sehat, segar, dan menyenangkan.

Pemberian makanan
Menu utama Red Arwana & Ikan Arowana dalam akuarium adalah kelabang. Tapi jangan terus- menerus diberi kelabang, sebaiknya divariasi déngan makanan lain. Contohnya: udang, kecoa, katak, lipan, kadal, maupun jangkrik.

Pengontrolan & pergantian air
Dan jangan lupa, air akuarium dari Red Arwana & Ikan Arowana juga diganti. Namun pergantian air dipilahkan menjadi dua, yakni: (a) pergantian air secara reguler setiap 2 hari sekali dengan volume 10% dari seluruh volume air akuarium, dan (b) total pergantian air dilakukan setiap 3 bulan sekali. Jika Anda menggunakan air PAM, sebaiknya dibiarkan 24 jam terlebih dahulu agar kandungan khlor mengendap, dan setelah itu bisa dimasukkan ke dalam akuarium.

3. Penataan interior akuarium
Kehidupan di dalam akuarium adalah replika lingkungan hidup di alam bebas. Oleh karena itu, perlu penataan interior dalam akuarium Ikan Arwana Red. Ini berarti menuntut apresiasi estetika, sehingga perpaduan antara keindahan akuarium dengan anggunnya ikan Arwana Red sanggup menampilkan nuansa kesejukan yang harmonis.

Tanaman air
Mengingat asal-muasal Ikan Arwana Red yang suka bersembunyi di bawah tanaman air, maka kita pun siap menyediakan tanaman dimaksud. Ada beberapa jenis tanaman air yang dapat dipilih antara lain: Vallisneria spiralis, Hidrilla verticillata, Riccia fluiutana, Higrophila polisperma, Pistia stratiotes, Najas indica, dan sebagainya.

Read More......

5.12.2009

Siklus nitrogen dan sindrom aquarium baru

Seperti mahkluk hidup lainnya, ikan mengeluarkan produk kotoran (kencing dan kotoran). Produk kotoran bernitrogen ini terurai ke amonia (NH3) yang beracun bagi hampir semua ikan. Di alam, jumlah air per ikan sangat tinggi sehingga produk kotoran ini larut dalam konsentrasi yang rendah. Tetapi di dalam aquarium, hanya memakan waktu beberapa jam saja konsentrasi amonia ini akan mencapai kadar yang beracun.
Berapa banyak amonia kebanyakan? Jawaban singkatnya adalah jika alat pengukur/test dapat mengukurnya, berarti anda kebanyakan amonia. Dengan kata lain kadar amonianya cukup tinggi untuk membuat ikan menjadi stres. Pertimbangkan aksi darurat untuk mengurangi bahaya seperti pergantian air atau penambahn ziolit.


Dalam bahasa aquaria, siklus nitrogen atau lebih tepatnya siklus nitrifikasi adalah proses biologis yang merubah amonia ke bentuk nitrogen lainnya yang relatif tidak berbahaya. Untunglah ada beberapa jenis bakteri pengurai yang melakukan perubahan ini untuk kita. Beberapa jenis seperti Nitrosomonas sp. merubah amonia ke nitrit(N02-). Bakteri lainnya Nitrobacter sp. merubah nitrit menjadi nitrat(NO3-). Dengan demikian siklus aquarium adalah proses penumbuhan koloni bakteri dalam lapisan filter yang merubah amonia ke nitrit lalu ke nitrat.
Jenis bakteria pengurai(nitrifying) yang diinginkan berada dimana-mana seperti di udara. Maka dari itu, waktu ada sumber amonia di dalam aquarium anda, hanya sebentar saja bakteri yang diinginkan ini telah membangun koloninya di lapisan filter anda. Cara yang paling umum adalah dengan menaruh satu atau dua ikan murah ke dalam aquarium anda. Seperti ikan jenis koki, ikan zebra danios dan ikan barb untuk aquarium hangat dan damselfish untuk laut.Kotoran ikan mengandung amonia dimana bakteria itu hidup. Jangan memberi makan berlebihan kepada ikan anda. Tambah makanan tambah amonia.
Jangan menggunakan ikan kecil sebagai makanan. Mereka murah, mereka sering tidak sehat dan dapat menyebarkan penyakit ke aquarium anda jika tidak dikarantinakan dulu.
Selama proses perputaran(siklus), kadar amonia akan naik dan kemudian tiba-tiba turun setelah bakter nitrit yang terbentuk ambil alih. Karena bakteria pembentuk nitrat tidak akan muncul sampai jumlah nitrit yang cukup, kadar nitrit akan naik dengan cepat, dan terus naik selama amonia terus dirubah menjadi nitrit. Waktu bakteri pembentuk nitrat ambil alih, kadar nitritpun turun, kadar nitrat naik dan aquarium telah menjalani satu putaran/siklus nitrogen penuh.
Aquarium anda bersiklus penuh waktu nitrat mulai terbentuk dan kadar amonia dan kadr nitrit turun ke nol. Untuk menentukan perputaran siklus telah selesai, belilah pengukur/test kit dan ukur kadarnya. Umumnya siklus memakan waktu antara 2 sampai 6 minggu. Pada suhu dibawa 70 F, memakan waktu lebih lama. Dibandingkan dengak bakteri lainnya, bakteri nitrifying tumbuh sangat lambat. Dalam kondisi yang optimal, diperlukan 15 jam penuh untuk satu koloni menjadi dua kali lebih banyak.
Peringatan: Hindari godaan untuk mencoba menambah ikan sampai setelah aquarium telah menyelesaikan siklusnya. Tambah ikan berarti tambah produksi amonia, dan akan menambah stress pada ikan dan kemungkinan menyebabkan kematian ikan anda. Waktu kadar amonia mencapai stres yang tinggi atau kadar yang beracun, aquarium tidak dapat menahan Sindrom Aquarium Baru (New Tank Syndrome); karena aquarium belum mencapai siklus penuh dan penimbunan amonia memiliki konsentrasi yang berbahaya untuk ikan anda.
Berapa banyak kadar amonia?
Di aquarium yang telah terbentuk, amonia seharusnya tidak terdeteksi oleh pengukur/test kit standar yang dapat di toko-toko. Jika ada kadar amonia yang terdeteksi berarti filter biologis anda tidak bekerja dengan baik. Bisa karena aquarium anda belum mencapai perputaran siklus nitrogen yang penuh atau filter tidak berfungsi dengan baik, karena kapasitas filter terlalu kecil untuk jumlah ikan yang terlalu banyak atau filter mampet dan lain sebagainya. Sangat penting memecahkan masalah filter yang menyebabkan gejala kadar amonia yang tinggi.

Kadar konsentrasi amonia yang tepat untuk menjadikan amonia beracun bervariasi untuk setiap jenis ikan. Beberapa jenis ikan lebih kuat daripada jenis lainnya. Faktor lainnya seperti suhu air dan kimia juga memegang peranan penting. Contohnya amonia(NH3) terus menerus berubah ke amonium (NH4+) atau sebaliknya, setiap konsentrasinya tergantung dari suhu air dan pH. Amonia sangat beracun, amonium relatif tidak berbahaya. Lebih banyak nitrogen dalam bentuk amonia di suhu dan pH yang tinggi daripada di pH rendah

Test kit standar mengukur total amonia (amonia ditambah amonium) tanpa membedakan dua bentuknya. Tabel dibawah ini memberikan kadar maksimum jangka panjang amonia-N dalam mg/liter (ppm) yang dapat dianggap aman pada suhu dan pH yang disebutkan Perlu diingatkan bahwa untuk aquarium dengan filter biologisnya telah berjalan baik, amonia tidak akan terdeteksi. Tabel ini diberikan hanya untuk keperluan darurat saja. Jika kadarnya mencapai atau melewati kadar yang tertera maka tindakan darurat harus dilakukan segera seperti menguras airnya.

Suhu air
pH 20C (68F) 25C (77F)
_________________________________
6.5 15.4 11.1
7.0 5.0 3.6
7.5 1.6 1.2
8.0 0.5 0.4
8.5 0.2 0.1
Mengurangi stres ikan selama perputaran siklus pertama
Jika kadar amonia menjadi tinggi selama proses perputaran, tindakan perbaikan akan perlu dilakukan untuk mencegah kematian ikan. Kebanyakan anda hanya mengganti air sebagian saja, dengan begitu melarutkan amonia ke kadar yang lebih aman.

Siklus perputaran juga dapat dilakukan tanpa penambahan ikan ke dalam aquarium. Peranan ikan dalam perputaran ini adalah hanya menghasilkan amonia yang tetap, efek yang sama dapat dicapai dengan menambahkan bentuk kimia amonia (amonium chloride) secara manual. Tetapi ini lebih kompleks daripada menggunakan ikan karena kimia perlu dipantau lebih dekat untuk menambahkan jumlah amonia yang cocok setiap harinya.
Mempercepat waktu perputaran (bagi yang tidak sabar)
Siklus nitrogen dapat dipercepat dalam berbagai macam cara. Sayangnya, mereka harus membutuhkan aquarium yang telah terbentuk siklusnya, yang mana untuk pemula belum tentu memilikinya. Maksud mencari aquarium yang telah terbentuk siklusnya adalah untuk mengambil beberapa bakterinya yang sudah ada dan menaruh mereka ke dalam aquarium baru.

Umumnya filter-filter mempunyai busa spong atau serat dimana bakteri nitrifying hidup.
Meminjam keseluruhan atau sebagiannya dan menaruhnya di filter aquarium baru akan mempercepat semuanya.

Jika ada aquarium telah terbentuk yang menggunakan filter undergravel (filter dibawah pasir), bakteri nitrifying akan hidup di pasir. Ambil sebagian pasirnya (satu cangkir atau lebih) dan gantukan dengan kantong mesh(berpori) ke filter anda jika memungkinkan, atau taruh diatas pasir aquarium baru jika juga menggunakan filter undergravel.

Jika anda menggunakan kotak, spong atau corner filter, taruh filternya di aquarium yang telah tebentuk siklusnya dan jalankan selama satu minggu atau lebih. Bakteri di dalam air akan membangun koloninya di lapisan di dalam filter baru. Setelah satu minggu pindahkan filter yang telah berisi itu ke aquarium yang baru.

Baru-baru ini, produk-produk berisi koloni bakteri pengurai telah tersedia di toko-toko seperti Bio-zyme, Cycle. Secara teori, cara kerjanya sama seperti penambahan bakteri seperti yang telah dijelaskan diatas. Pengalaman dengan produk-produk tersebut bervariasi; beberapa orang melaporkan berhasil, yang lain melaporkan tidak bekerja sama sekali. Prinsipnya produk ini seharusnya bekerja dengan baik. Tetapi bakteri pengurai ini tidak bisa hidup terus menerus tanpa oksigen dan makanan. Maka dari itu keampuhan produk ini tergantung oleh barunya dan dapat dipengaruhi oleh penaruhan yang kurang baik seperti kepanasan. Sayangnya, beberapa produk ini tidak mencantumkan tanggal produksi, maka kita tahu berapa lama produk itu.

Tentu saja, banyak variasi diatas yang bekerja. Tetapi agak susah untuk memberi resep yang tepat yang pasti bekerja. Dianjurkan untuk mengambil langkah konservatif dan tidak menambah ikan terlalu cepat. Cek airnya untuk memastikan nitrat yang dihasilkan untuk menentukan apakah aquarium telah ada perputaran siklus.
Sumber : Thomas Narten http://HewanPeliharaan.Com

Read More......

Siklus Biogeokimia

Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumf. Materi yang berupa unsurunsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.
Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.
Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Di sini hanya akan dibahas 3 macam siklus, yaitu siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus karbon.


1. Siklus Nitrogen (N2)
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).
Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen.
Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.




Gambar 1. Siklus Nitrogen di Alam

2. Siklus Fosfor

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus.




Gambar 2. Siklus Fosfor di Alam


3. Siklus Karbon dan Oksigen

Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.
Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.
Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air.




Gambar 3. Siklus Karbon dan Oksigen


Read More......

5.11.2009

BUDIDAYA UDANG WINDU ( Palaemonidae / Penaeidae )

1. SEJARAH SINGKAT
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bias disebut udang penaeid oleh para ahli.

Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.



2. SENTRA PERIKANAN
Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan (Jeneponto, Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain.

3. JENIS
Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae

4. MANFAAT
!) Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral yang penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 gram bahan.
2) Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk, dll.
3) Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
4) Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang,
sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
5) Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju
sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi,
tekstil, kertas, pangan, dll.
6) Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam
industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna
dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang
pantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26-28
derajat C.
2) Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat
berpasir, karena dapat menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudah
dipadatkan dan tidak pecah-pecah.

3) Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir,
dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%. Tanah tidak boleh porous
(ngrokos).
4) Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawar
tergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah yang paling cocok untuk
pertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3
meter.
5) Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0-
35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur dengan
secchi disk)
6) Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter;
H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter;
Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0-
0,02 mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01
mg/liter; Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium
(Se)=0-0,05 mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002
mg/liter; Flourida (F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Syarat konstruksi tambak:
1) Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak
minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter
dari bantara sungai.
2) Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang
sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
2) Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan
terhadap erosi air.
3) Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehingga
menghemat tenaga.
4) Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.
5) Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya.
6) Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.
Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan dengan
letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu tambak ekstensif, semi intensif,
dan intensif.
1) Tambak Ekstensif atau Tradisional
a. Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa
bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
b. Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur.
c. Luasnya antara 3-10 ha per petak.
d. Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m di
sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat
caren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih
dalam dari bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran
hanya dapat berisi sedalam 30-40 cm saja.
e. Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untuk
mengipur nener yang baru datang selama 1 bulan.
f. Selain itu ada beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dan
tipe taman yang dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur.
g. Pada tambak ini tidak ada pemupukan.
2) Tambak Semi Intensif
a. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1-3
ha/petakan.
b. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran
(outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam
sebelum ditebari benih, dan pemanenan.
c. Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa)
inlet ke arah pintu (pipa) outlet. Dasar caren miring ke arah outlet untuk
memudahkan pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktu
panen.
d. Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran.
e. Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm.
f. Ada juga petani tambak yang membuat caren di sekeliling pelataran.
3) Tambak Intensif
a. Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air dan
pengawasannya lebih mudah.
b. Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari
tanah seperti biasa. Atau dinding dari tembok, sedangkan dasar masih
tanah.
c. Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan di tengah
dan pintu panen model monik di pematang saluran buangan. Bentuk dan
konstruksinya menyerupai tambak semi intensif bujur sangkar.
d. Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil. Tanggul
biasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak
pencampur sebelum masuk dalam tambak.
e. Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin, dipasang
mati di sudut petak.
f. Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air.
g. Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan
pompa.
Adapun prasarana yang diperlukan dalam budidaya udang tambak meliputi:
1) Petakan Tambak
a. Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak
pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama atau
laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam petakan: petak
pendederan, petak glondongan (buyaran) dan petak pembesaran dengan
perbandingan luas 1:9:90.
b. Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang
terdalam. Dari petak pembagi, masing-masing petakan menerima bagian
air untuk pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri,
yang dinamakan pintu petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakan
yang berbentuk seperti saluran disebut juga saluran pembagi air.
c. Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.
2) Pematang/Tanggul
a. Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.
b. Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang melindungi unit
yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas
permukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2 m. Sisi
luar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5. Sedangkan untuk sisi
pematang bagian dalam kemiringannya 1:1.
c. Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan yang
satu dengan yang lain dalam satu unit.
d. Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebar
bagian atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1.
Pematang dibuat dengan menggali saluran keliling yang jaraknya dari
pematang 1 m. Jarak tersebut biasa disebut berm.
3) Saluran dan Pintu Air
a. Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat,
lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan
sejajar dengan permukaan air surut terrendah. Sepanjang tepiannya
ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
b. Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu air
sekunder (tokoan/pintu air petakan).
c. Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam
tambak yang termasuk dalam satu unit.
d. Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikan
dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar
saluran keliling,serta sejajar dengan dasar saluran pemasukan air.
e. Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu
(kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll)
f. Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan di
antaranya diisi tanah yang disebut lemahan.
g. Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap
ke saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak.
Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi
plastik atau ijuk.
4) Pelindung:
a. Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat
dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari daun-daun
kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang juga dapat
digunakan sebagai pelindung.
b. Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsi
juga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut, sehingga menumpuk
pada salah satu sudut karena tiupan angin.
5) Pemasangan kincir:
a. Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang
sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.
b. Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan
pemutaran kincir itu mencapai 75-90%.
6.2. Pembibitan
1) Menyiapkan Benih (Benur)
Benur/benih udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) atau
dari alam.
Di alam terdapat dua macam golongan benih udang windu (benur) menurut
ukurannya, yaitu :
a. Benih yang masih halus, yang disebut post larva.
Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yaitu berenang
dekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm.
Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S dengan
bentuk keseluruhan seperti jet. Ekornya membentang seperti kipas.
b. Benih yang sudah besar atau benih kasar yang disebut juvenil.
Biasanya telah memasuki muara sungai atau terusan. Hidupnya bersifat
benthis, yaitu suka berdiam dekat dasar perairan atau kadang menempel
pada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang selangseling
coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna
biru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renang
berbelang-belang kuning biru.
Cara Penangkapan Benur:
a. Benih yang halus ditangkap dengan menggunakan alat belabar dan seser.
- Belabar adalah rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan daun pisang
kering, rumput-rumputan, merang, atau pun bahan-bahan lainnya.
- Kegiatan penangkapan dilakukan apabila air pasang.
- Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok,
sehingga terayun-ayun di permukaan air pasang.
- Atau hanya diikatkan pada patok di salah satu ujungnya, sedang ujung
yang lain ditarik oleh si penyeser sambil dilingkarkan mendekati ujung
yang terikat. Setelah lingkaran cukup kecil, penyeseran dilakukan di
sekitar belabar.
b. Benih kasar ditangkapi dengan alat seser pula dengan cara langsung
diseser atau dengan alat bantu rumpon-rumpon yang dibuat dari ranting
pohon yang ditancapkan ke dasar perairan. Penyeseran dilakukan di
sekitar rumpon.
Pembenihan secara alami dilakukan dengan cara mengalirkan air laut ke
dalam tambak. Biasanya dilakukan oleh petambak tradisional.
Benih udang/benur yang didapat dari pembibitan haruslah benur yang
bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu baik yang didapat
dari tempat pembibitan adalah:
a. Umur dan ukuran benur harus seragam.
b. Bila dikejutkan benur sehat akan melentik.
c. Benur berwarna tidak pucat.
d. Badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.
2) Perlakuan dan Perawatan Benih
a. Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisah
Pemeliharaan larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu
kolam diatomae, kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.
- Kolam Diatomae
Diatomae untuk makanan larva udang yang merupakan hasil
pemupukan adalah spesies Chaetoceros, Skeletonema dan
Tetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000 liter.
Spesies diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periode
mysis, walaupun lebih menyukai zooplankton.
- Kolam Induk
Kolam yang berukuran 500 liter ini berisi induk udang yang
mengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanya
keluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah menetas
menjadi nauplius, dipindahkan.
- Kolam Larva
Kolam larva berukuran 2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambil
dari kolam diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post
larva (PL5-PL6).
Artemia kering dan udang kering diberikan kepada larva periode zoa
sampai (PL6). Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran
dengan kepadatan 32-1000 ekor/m2, yang setiap kalidiberi makan
artemia atau makanan buatan, kemudian PL20-PL30 benur dapat dijual
atau ditebar ke dalam tambak.
b. Cara Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan
- Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak pembesaran
udang (10% dari luas petak pembesaran) yang terletak di salah satu
sudutnya dengan kedalaman 30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadar
garam 5-25 permil.
- Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masih
lemah terlindung dari terik matahari atau hujan.
- Benih yang baru datang, diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam
bak plastik atau bak kayu yang diisi air yang kadar garam dan suhunya
hampir sama dengan keadaan selama pengangkutan. Kemudian
secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan diganti dengan
air dari petak pendederan.
- Kepadatan pada petak Ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikan
berupa campuran telur ayam rebus dan daging udang atau ikan yang
dihaluskan.
- Pakan tambahan berupa pellet udang yang dihaluskan. Pemberian
pelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali jumlah berat benih udang per
hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus 0,003 gram dan
berat benih kasar 0,5-0,8 g.
- Pellet dapat terbuat dari tepung rebon 40%, dedak halus 20 %, bungkil
kelapa 20 %, dan tepung kanji 20%.
- Pakan yang diperlukan: secangkir pakan untuk petak pengipukan
/pendederan seluas 100 m2 atau untuk 100.000 ekor benur dan
diberikan 3-4 kali sehari.
c. Cara Pengipukan di dalam Hapa
- Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan mata jaring 3-5
mm agar benur tidak dapat lolos.
- Hapa dipasang terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam
petak-petak tambak yang pergantian airnya mudah dilakukan, dengan
cara mengikatnya pada tiang-tiang yang ditancamkan di dasar petak
tambak itu. Beberapa buah hapa dapat dipasang berderet-deret pada
suatu petak tambak.
- Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4-
6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5-1 m.
- Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor/m2.
- Pakan benur dapat berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan
tambak di sekitarnya. Dapat juga diberi pakan buatan berupa pelet
udang yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.
- Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai
panjangnya 3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%.
- Jaring sebagai dinding hapa harus dibersihkan seminggu sekali.
- Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi
benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan menampung ikan atau udang
yang dikehendaki agar tetap hidup.
d. Cara pengangkutan:
Pengangkutan menggunakan kantong plastik:
- Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal
0,008 mm, diisi air 1/3 bagian dan diisi benih 1000 ekor.
- Kantong plastik diberi zat asam sampai menggelembung dan diikat
dengan tali.
- Kantong plastik tersebut dimasukkan dalam kotak kardus yang diberi
styrofore foam sebagai penahan panas dan kantong plastik kecil yang
berisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10% dari berat airnya.
- Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jam
perjalanan dengan angka kematian 10-20%.
Pengangkutan dengan menggunakan jerigen plastik:
- Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
- Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam
bertekanan lebih.
- Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500-700 ekor/liter. Selama 6-
8 jam perjalanan, angka kematiannya sekitar 6%.
- Dalam perjalanan jerigen harus ditidurkan, agar permukaannya menjadi
luas, sehingga benurnya tidak bertumpuk.
- Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.
e. Waktu Penebaran Benur
Sebaiknya benur ditebar di tambak pada waktu yang teduh.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu:
kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
a. Untuk pertumbuhan kelekap
- Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar
sebanyak 500 kg/ha.
- Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll),
atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
- Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap
sampai kering.
- Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk
kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
- Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha
dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
- Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan
lagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas
pelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.
- Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali
sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
b. Untuk pertumbuhan lumut
- Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya,
kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.
- Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea
14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
- Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
- Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan
TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
- Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang
dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalu
lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanya
digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yang
lain.
c. Untuk pertumbuhan Diatomae
- Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki
perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1,
yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
- Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada
pupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lama
dalam air.
- Contoh pupuk:
* Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
* Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
* Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
* Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
* Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
* Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
* Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
- Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap
7-10 hari sekali.
- Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila
luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150
kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
- Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup
bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
- Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman
25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman
35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.
2) Pemberian Pakan
Makanan untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan
udang yang dapat digunakan dalam budidaya terdiri dari:
a. Makanan alami:
- Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya.
- Burayak tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae
(Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis,
dll).
- Burayak tingkat mysis, makanannya plankton hewani, Protozoa,
Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda),
dll.
- Burayak tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil), selain
makanan di atas juga makan Diatomaee dan Cyanophyceae yang
tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak tritip, anak udanngudangan
(Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga detritus (sisa
hewan dan tumbuhan yang membususk).
- Udang dewasa, makanannya daging binatang lunak atau Mollusca
(kerang, tiram, siput), cacing Annelida, yaitut cacing Pollychaeta,
udang-udangan, anak serangga (Chironomus), dll.
- Dalam usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami yang
tumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut, plankton, dan bentos.
b. Makanan Tambahan
Makanan tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3
bulan. Makanan tambahan tersebut dapat berupa:
- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.
- Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udangudangan.
- Kulit kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau
dipotong-potong 2,5 cm2, kemudian ditusuk sate.
- Sisa-sisa pemotongan katak.
- Bekicot yang telah dipecahkan kulitnya.
- Makanan anak ayam.
- Daging kerang dan remis.
- Trisipan dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
c. Makanan Buatan (Pelet):
- Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.
- Dedak halus 40 %.
- Tepung bungkil kelapa 20 %.
- Tepung kanji 19 %.
- Pfizer premix A atau Azuamix 1 %.
Cara pembuatan:
- Tepung kanji diencerkan dengan air secukupnya, lalu dipanaskan
sampai mengental.
- Bahan-bahan yang dicampurkan dengan kanji diaduk-aduk dan
diremas-remas sampai merata.
- Setelah merata, dibentuk bulat-bulat dan digiling dengan alat penggiling
daging. Hasil gilingan dijemur sampai kering, kemudian diremas-remas
sampai patah-patah sepanjang rata-rata 1-2 cm.
Takaran Ransum Udang dan Cara Pemberian Pakan:
a. Udang diberi pakan 4-6 x sehari sedikit demi sedikit.
b. Jumlah pakan yang diberikan kepada benur 15-20% dari berat tubuhnya
per hari.
c. Jumlah pakan udang dewasa sekitar 5-10% berat tubuhnya/ hari.
d. Pemberian pakan dilakukan pada sore hari lebih baik.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
a. Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian bawah,
karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi apabila air tambak
tertutup air hujan yang tawar, pembuangannya melalui lapisan atas,
sedangkan pemasukannya melalui bagian bawah.
b. Pengadukan secara mekanis (belum biasa dilakukan). Dengan
pengadukan, air dapat memperoleh tambahan zat asam, atau
tercampurnya air asin dan air tawar. Pengadukan dapat menggunakan
mesin pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.
c. Penambahan bahan kimia (belum biasa dilakukan). Kekurangan zat asam,
dapat ditambah dengan Kalium Permanganat (PK/KMnO4). Takaran 5-10
ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum mampu membunuh udang. Kapur
bakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga untuk mengatasi O2.
d. Penambahan volume air. Bila suhu air tinggi, penambahan jumlah volume
air dapat dikurangi. Perlu diberi pelindung.
e. Menghentikan pemupukan dan pemberian pakan. Pemupukan dan
pemberian pakan dihentikan apabila udang nampak menderita dan
tambak dalam kondisi buruk.
f. Singkirkan ikan dan ganggang yang mati dengan menggunakan alat
penyerok.
g. Penambahan pemberian pakan. Udang diberi tambahan pakan apabila
menunjukkan gejala kekurangan makan, sampai pertumbuhan makanan
alami normal kembali.
Perbaikan teknis yang diperlukan:
a. Perbaikan saluran irigasi tambak untuk memungkinkan petakan-petakan
tambak memperoleh air yang cukup kualitas dan dan kuantitasnya,
selama masa pemeliharaan.
b. Pompanisasi, bagi tambak-tambak di daerah yang perbedaan pasang
surutnya rendah (kurang dari 1 m), yang setiap waktu diperlukan
pergantian air ke dalam atau keluar tambak.
c. Perbaikan konstruksi tambak, yang meliputi konstruksi tanggul, pintu air
saringan masuk ke dalam tambak agar tambak tidak mudah bocor, dan
tanggul tidak longsor.
d. Perbaikan manajemen budidaya yang meliputi: cara pemupukan, padat
penebaran yang optimal, pemberian pakan, cara pengelolaan air dan cara
pemantauan terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Lumut
Lumut yang pertumbuhannya berlebihan. Pengendalian: dapat dengan
memelihara bandeng yang berukuran 8-12 cm sebanyak 200 ekor/ha.
2) Bangsa ketam
Membuat lubang di pematang, sehingga dapat mengakibatkan bocoranbocoran.
3) Udang tanah (Thalassina anomala),
Membuat lubang di pematang.
4) Hewan-hewan penggerek kayu pintu air
Merusak pematang, merusak tanah dasar, dan merusak pintu air seperti
remis penggerek (Teredo navalis), dan lain-lain.
5) Tritip (Balanus sp.) dan tiram (Crassostrea sp.)
Menempel pada bangunan-bangunan pintu air.
Pengendalian hama bangsa ketam, udang tanah, hewan-hewan penggerek
kayu pintu air sama dengan pengendalian lumut.
Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara langsung,
termasuk golongan buas, antara lain:
1) Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong (Tehrapon
tehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones micracanthus), kuro
(Polynemus sp.), dan lain-lain.
2) Ketam-ketaman, antara lain adalah kepiting (Scylla serrata).
3) Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa), cangak (Ardea
cinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax carbo sinensis), pecuk ulo
(Anhinga rufa melanogaster), dan lain-lain.
4) Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus rhynchops, Fordonia
leucobalia, dan Chersidrus granulatus).
5) Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea dan Lutrogale
perspicillata).
Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang dalam
hidupnya, baik mengenai pangan maupun papan.
1) Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata), congcong (Telescopium
telescopium).
2) Ikan liar, seperti mujair (Tilapia mosambica), belanak (Mugil spp), rekrek
(Ambassis gymnocephalus), pernet (Aplocheilus javanicus), dan lain-lain.
3) Ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp.
4) Udang, yaitu udang kecil-kecil terutama jenis Cardina denticulata, dan lainlain.
Pengendalian:
1) Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji teh yang mengandung
racun saponin.
a. Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan dari biji teh yang diperas
minyaknya dan banyak diproduksi di Cina.
b. Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya
dengan 150-200 kg bungkil biji teh per Ha tambak sudah cukup efektif
mematikan ikan liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.
c. Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadap
udang.
d. Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air.
Setelah diracun dengan bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang,
sebab residu bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.
e. Daya racun saponin berkurang apabila digunakan pada air dengan kadar
garam rendah. Tambak dengan kedalaman 1 meter dan kadar garam air
tambak > 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja,
sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha. Untuk penghematan air
tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan
hanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi,
sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
f. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00
atau 13.00.
g. Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian
direndam dalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu air
tersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menabur
bungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
2) Rotenon dari akar deris (tuba).
a. Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon. Akar yang masih kecil
lebih banyak mengandung rotenon.Zat ini dapat membunuh ikan pada
kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.
b. Dalam air berkadar garam rendah, daya racunnya lebih baik/lebih kuat
daripada yang berkadar garam tinggi.
c. Sebelum digunakan, akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam
dalam dalam air selama 24 jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat,
dimasukkan ke dalam air sambil diremas-remas sampai air berwarna putih
susu.
d. Dosis yang diperlukan adalah 4-6 kg/Ha tambak, apabila kedalaman air 8
cm. Daya racun rotenon sudah hilang setelah 4 hari.
3) Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas dengan nikotin pada
takaran 12-15 kg/Ha atau sisa-sisa tembakau dengan takaran antara 200-
400 kg/Ha.
a. Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah tanah dasar
dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi 10 cm.
b. Setelah ditebarkan, dibiarkan selama 2-3 hari, agar racun nikotinnya dapat
membunuh hama. Sementara itu airnya dibiarkan sampai habis menguap
selama 7 hari.
c. Setelah itu tambak diairi lagi tanpa dicuci dulu, sebab sisa tembakau
sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
4) Brestan-60 dapat digunakan untuk memberantas hama, terutama trisipan.
a. Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa bubuk berwarna
krem dan hampir tidak berbau. Bahan aktifnya adalah trifenil asetat stanan
sebanyak 60%.
b. Takaran yang dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila kedalaman air 16-20
cm dan kadar garamnya 28-40%. Makin dalam airnya dan makin rendah
kadar garamnya, takaran yang dibutuhkan makin banyak.
c. Daya racunnya lebih baik pada waktu terik matahari.
d. Cara penggunaan:
- Air dalam petakan disurutkan sampai 10 cm. Pintu air dan tempat
yang bocor ditutup.
- Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya,
kemudian dipercik-percikkan ke permukaan air.
- Air dibiarkan menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua.
- Setelah itu tambak dicuci 2-3 kali, dengan memasukkan dan
mengeluarkan air pada waktu pasang dan surut.
5) Sevin dicampur dengan cincangan daging ikan, kemudian dibentuk bulatan,
dapat digunakan sebagai umpan untuk meracuni kepiting.
Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan ke dalam lubang kepiting, disiram air
dan kemudian. Gas asetilen yang timbul akan membunuh kepiting.
Abu sekam yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat pada
insang dan dapat mematikan.
6) Usaha untuk mengusir burung adalah dengan memasang pancang-pancang
bambu atau kayu di petakan tambakan.
7) Cara memberantas udang renik (wereng tambak): menggunakan Sumithion
dengan dosis 0,002 mg/liter pada hari pertama dan ditambah 0,003 mg/liter
pada hari kedua. Kadar yang dapat mematikan udang adalah 0,008 mg/liter.
Selalu memeriksa lokasi baik siang maupun malam.
7.2. Penyakit asal virus.
1) Monodon Baculo Virus (MBV)
Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak berpengaruh terhadap
kehidupan udang. Penyebab: kondisi stres saat pemindahan post larva ke
kolam pembesaran.
2) Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
Gejala: (1) udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan,
muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di ata; (2) bila alat
geraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam
di bawah kolam; (3) udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulai
timbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak yang mati pada saat
moulting; (4) pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan
dan tubuhnya berwarna putih keruh; (5) permukaan tubuhnya akan ditumbuhi
oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur; (6) pada kulit luar terlihat nekrosis
pada kutikula, syaraf, antena, dan pada mukosa usus depan dan tengah.
Pengendalian: perbaikan kualitas air.
3) Hepatopancreatic Parvo-like Virus
Gejala: terutama menyerang hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan
hepatopankreasnya secara mikroskopik terlihat degenerasi dan adanya
inklusion bodies dalam se-sel organ tersebut. Pengendalian: perbaikan
kualitas air.
4) Cytoplamic Reo-like Virus
Gejala: (1) udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan air;
(2) kematian udang di mulai pada hari 7-9 setelah penebaran benih
(stocking) di kolam post larva umur 18 hari. Pengendalian: belum diketahui
secara pasti, yang penting adalah perbaikan kualitas air.
5) Ricketsiae
Gejala: (1) udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah; (2)
udang berwarna lebih gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang
terlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian
tengah (mid gut); (3) adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakan
jaringan ikat; (4) kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9
setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25). Angka kematian naik
pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi kematian, kemudian menurun
sampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begitu
seterusnya sampai udang dipanen. Pengendalian: menggunakan antibiotik
(oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapat
mengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun,
kematian akan timbul lagi.
7.3. Penyakit asal Bakteri
1) Bakteri nekrosis
Penyebab: (1) bakteri dari genus Vibrio; (2) merupakan infeksi sekunder dari
infeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau lainnya.
Gejala: (1) muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapa
tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alat
tambahan lainnya; (2) usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
Pengendalian: Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnya
furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2)
Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta
menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan; (3) pemeliharaan kualias air
dan sanitasi yang baik.
2) Bakteri Septikemia
Penyebab: (1) Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., dan
Pseudomonas sp.; (2) merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yan
disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stres yang berat.
Gejala: (1) menyerang larva dan post larva; (2) terdapat sel-sel bakteri yang
aktif dalam haemolymph (sistem darah udang). Pengendalian: (1)
pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l,
oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) pemeliharaan kualias
air dan sanitasi yang baik.
7.4. Penyakit asal Parasit
Dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan
terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat menyebabkan
kemandulan (Bopyrid).
1) Parasit cacing
Cacing Cestoda, yaitu
- Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaringan
ikat di sepanjang syaraf bagian ventral.
- Parachristianella monomegacantha, berparasit dalam jaringan intertubuler
hepatopankreas.
Cacing Trematoda: Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dinding
proventriculus dan usus.
Cacing Nematoda: Contracaecum sp., menyerang hepatopankreas udang
yang hidup secara alamiah.
2) Parasit Isopoda
Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini
menempel di daerah branchial insang (persambung antara insang dengan
tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada
udang.
7.5. Penyakit asal Jamur
Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat mati dalam waktu 24
jam. Penyebab: (1) Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenedium
dan Sirolpidium; (2) penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.
Pengendalian: (1) pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau trifuralin
(0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yang
sehat; (2) jalan filtrasi air laut untuk pembenihan; (3) pencucian telur udang
berkali-kali dengan air laut yang bersih atau air laut yang diberi malachite green
atau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari jamur.
8. PANEN
Udang yang siap panen adalah udang yang telah berumur 5-6 bulan masa
pemeliharaan. Dengan syarat mutu yang baik, yaitu:
1) ukurannya besar
2) kulitnya keras, bersih, licin, bersinar dan badan tidak cacat
3) masih dalam keadaan hidup dan segar.
8.1. Penangkapan
1) Penangkapan sebagian
a. Dengan menggunakan Prayang, yang terbuat dari bambu, yang terdiri dari
dua bagian, yaitu kere sebagai pengarah dan perangkap berbentuk
jantung sebagai tempat jebakan. Prayang dipasang di tepi tambak,
dengan kerenya melintang tegak lurus pematang dan perangkapnya
berada di ujung kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari pada
waktu ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarik
perhatian udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga yang
terperangkap hanya udang besar saja. Pada lubang mulut dipasang tali
nilon atau kawat yang melintang dengan jarak masing-masing sekitar 4
cm.
b. Dengan menggunakan jala lempar. Penangkapan dilakukan malam hari.
Air tambak dikurangi sebagian untuk memudahkan penangkapan.
Penangkapan dilakukan dengan masuk ke dalam tambak. Penangkapan
dengan jala dapat dilakukan apabila ukuran udang dalam tambak tersebut
seragam.
c. Dengan menggunakan tangan kosong. Dilakukan pada siang hari, karena
udang biasanya berdiam diri di dalam lumpur.
2) Penangkapan total
a. Penangkapan total dapat dilakukan dengan mengeringkan tambak.
Pengeringan tambak dapat dilakukan dengan pompa air atau apabila tidak
ada harus memperhatikan pasang surut air laut. Malam/dini hari
menjelang penangkapan, air dikeluarkan dari petak tambak perlahanlahan
waktu air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampai
caren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.
b. Dengan menggunakan seser besar yang mulutnya direndam di lumpur
dasar tambak/caren, lalu didorong sambil mengangkatnya jika
diperkirakan sudah banyak udang yang masuk dalam seser. Dan cara
tersebut dilakukan berulang-ulang.
c. Dengan menggunakan jala, biasanya dilakukan banyak orang.
d. Dengan menggunakan kerei atau jaring yang lebarnya sesuai dengan
lebar caren. Lumpur dasar tempat udang bersembunyi didorong beramairamai
oleh beberapa orang yang memegangi kerei atau jaring itu, menuju
ke depan pintu air. Di depan pintu air udang dicegat dengan kerei lainnya.
Udang terkumpul di kubangan dekat pintu ai, sehingga dengan mudah
ditangkap.
e. Dengan memasang jaring penadah yang cukup luas atau panjang di
saluran pembuangan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalir
perlaha-lahan, sehingga udang tidak banyak tertinggal bersembunyi
dalam lumpur. Udang akan keluar bersama air dan tertadah dalam jaring
yang terpasang dan dengan mudah ditangkapi dengan seser.
f. Dengan menggunakan jaring (trawl) listrik. Jaring ini berbentuk dua buah
kerucut. Badan kantung mempunyai bukaan persegi panjang. Mulut
kantung yang di bawah di pasang pemberat agar dapat tenggelam di
lumpur. Bagian atas mulut jaring diberi pelampung agar mengambang di
permukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yang
dapat dialiri listrik berkekuatan 3-12 volt. Listrik yang mengaliri kawat di
dasar mulut jaring akan mengejutkan udang yang terkena, lalu udang
akan meloncat dan masuk ke dalam jaring.
8.2. Pembersihan
Udang yang telah ditangkap dikumpulkan dan dibersihkan sampai bersih.
Kemudian udang ditimbang dan dipilih menurut kualitas ukuran yang sama dan
tidak cacat.
9. PASCAPANEN
Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca
panen:
1) Alat-alat yang digunakan harus bersih.
2) Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
3) Hindarkan terkena sinar matahari langsung.
4) Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
5) Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air
bersih.
6) Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
7) Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk
mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh bakteri
pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
8) Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha pembesaran Udang Galah di Desa Tangkil Kecamatan
Caringin Kabupaten Bogor. Selama 2 musim (1 tahun) pada tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a Lahan
- Sewa lahan 2 tahun Rp. 3.200.000,-
- Pengolahan lahan Rp. 125.000,-
b. Bibit
- Benur 60.000 ekor Rp. 16,- Rp. 960.000,-
c. Pakan
- UG 801 86,40 kg @ Rp 2.600,- Rp. 224.460,-
- UG 802 590,40 Kg Rp. 2.400,- Rp. 1.416.960,-
- UG 803 1.882,57 kg Rp. 2.300,- Rp. 4.329.900,-
d. Obat-obatan dan pupuk
- BCK 4 liter @ Rp. 12.500,- Rp 50.000,-
- Sanponin 40 kg @ Rp 1500,- Rp. 60.000,-
- Urea 10 kg @ Rp 2000,- Rp. 20.000,-
- KCL 10 kg @ Rp 2.500,- RP. 25.000,-
- Pupuk kandang 20 kg @ Rp 500,- Rp. 10.000,-
- Kapur 100 kg @ Rp. 1000,- Rp. 100.000,-
e. Alat
- Timbangan 1 Unit @ Rp. 100.000,- Rp. 100.000,-
- pH Pen 1 Unit @ Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-
- Jala/Jaring 2 Unit @ Rp. 25000,- Rp. 50.000,-
- Cangkul 3 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 18.000,-
- Skoop 1 Unit @ Rp. 6.000,- Rp. 6.000,-
- Serok 3 Unit @ Rp. 4.500,- Rp. 13.500,-
- Plastik 20 meter @ Rp. 2.000,- Rp. 40.000,-
- Saringan 10 meter @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
- Ember Plastik 3 unit @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
- Keranjang 5 unit @ Rp. 5.500,- Rp. 16.500,-
f. Tenaga kerja
- Tenaga Tetap 12 MM @ Rp 250.000,- Rp. 1.500.000,-
- Tenaga Tak Tetap 10 OH @ Rp 8.000,00 Rp. 80.000,-
g. Lain-lain
- Rekening Listrik 6 bulan @ Rp 15.000,- Rp. 90.000,-
- Transportasi Rp. 20.000,-
h. Biaya tak terduga 10% Rp. 1.254.532,-
Jumlah biaya produksi Rp 12.545.320,-
2) Pendapatan 2 musim/th:1912,3 kg @ Rp 19.000,- Rp.34.463.700,-
3) Keuntungan per tahun/2 musim Rp.21.918.380,-
Keuntungan per musim (6 bulan) Rp. 4.686.530,-
4) Parameter kelayakan
a. B/C ratio per musim 1,37
b. Atas dasar Unit :BEP = FC/P-V 206,4 kg
c. Atas dasar Sales : BEP = FC/1-(VC/R) Rp 3.688.540,-
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek
cukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
11. DAFTAR PUSTAKA
1) Brahmono. 1994. Limbah Udang Untuk Pembuatan Tepung. Dalam
Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
2) Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius. Yogyakarta.
3) Hanadi, S. 1992. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda. Surabaya.
4) Heruwati, E.S. dan Rahayu, S. 1994. Penanganan dan Pengelolaan Pasca
Panen Udang unutuk Meningkatkan Mutu dan Mendapatkan Nilai Tambah.
Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
5) Mudjiman, A. 1987. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta.
6) __________ . 1988. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
7) __________ . 1994. Udang yang Bikin Sehat. Dalam Kumpulan Kliping
Udang II. Trubus.
8) Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur. Kanisius.
Yogyakarta.
9) Purnomo. 1994. Limbah Udang Potensial untuk Industri. Dalam Kumpulan
Kliping Udang II. Trubus.
10) Suyanto, S.R. dan Mudjiman, A. 1999. Budidaya Udang Windu. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


Read More......
Template by : kendhin x-template.blogspot.com