4.07.2009

Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae) serta mengenal bentuk-bentuk morfologinya

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biota laut yang tertampung dalam ilmu pengetahuan laut yang dinamakan biologi laut (marine biology).
Biologi Laut adalah ilmu yang mempelajari latar Belakang tentang hewan dan mahluk-mahluk lain yang hidup di laut termasuk tumbuhan tingkat rendah (plankton) dan tumbuhan tingkat tinggi (berbunga, bersel banyak). Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik.
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkapkan rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut Biologi Laut adalah ilmu yang mempelajari latar Belakang tentang hewan dan mahluk-mahluk lain yang hidup di laut termasuk tumbuhan tingkat rendah (plankton) dan tumbuhan tingkat tinggi (berbunga, bersel banyak). Biologi Laut terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti planktonologi, zoologi, ekologi, invertebrata, avertebrata, dan oceanografi. Kemajuan teknologi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekosistem laut.
Pentingnya keberadaan ekosistem laut bagi seluruh makhluk hidup membuat pemanfaatan dan pengelolaannya sangat dijaga dan diperhatikan. Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mulai mengerti betapa pentingnya laut beserta isinya bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan praktikum ini praktikan diharapkan dapat mempelajari berbagai jenis biota yang terdapat di ekosistem laut, termasuk alga, formasi pes-caprae dan karakteristik habitat intertidal.
Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tumbuh melekat pada substrat-substrat yang kokoh seperti batu karang, tiang-tiang panjang, dan batok-batok/ kulit kerang. Mereka terkukung dalam rumbai-rumbai benua dan pulau-pulau di puncak gorong-gorong atau gunung-gunung di bawah laut yang didapatinya tempat melekat dan cukup cahaya untuk fotosintesis. Ciri umum yang dimiliki oleh alga adalah : biasanya hidup diair laut, air tawar dan ditempat-tempat yang lembab serta melekat pada substrat yang kokoh seperti batu karang, tiang pancang dan kerikil serta kulit kerang (McConnaughey, 1983).
Istilah alga pertama kali digunakan oleh Linnaeus (1975), ada beberapa jenis alga yang digunakan dalam pengamatan laboratorium adalah tiga kelas besar yaitu : alga hijau (Chlorophyta), alga coklat ( Phaeophyta) dan alga merah (Rhodophyta). Tumbuhan laut alga ada yang bersifat uniseluler (bersel tunggal) dan ada pula yang bersel banyak (multiseluler) (Nontji, 1993)

Chloropyceae
Seperti namanya, kelompok alga ini berwarna hijau. Pigmen dari kloroplas, yakni bentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis, mencakup 2 jenis klorofil, yakni klorofil-a dan klorofil-b, dan berbagai karatinoid. Kelas alga ini mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi bentuk umum yang sering dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa (sekat) atau tanpa sekat, dan berbagai bentuk lembaran (Kasjian R dan Sri J, 2001).
Alga atau ganggang termasuk jenis tanaman yang sederhana atau tingkat menengah karena tidak mempunyai akar, batang, daun dan bunga yang khusunya dinamakan Thallus (Aslan, 1991). Ciri umum yang dimiliki oleh alga adalah : biasanya hidup diair laut, air tawar dan ditempat-tempat yang lembab serta melekat pada substrat yang kokoh seperti batu karang, tiang pancang dan kerikil serta kulit kerang (McConnaughey, 1983).
Menurut warnanya algae dibedakan menjadi empat kelas:
1.Algae hijau (Chlorophyceae).
2.Algae biru hijau (Chyanophyceae).
3.Algae coklat (Phaeophyceae)
4.Algae merah (Rhodophyceae).
Chlorophyceae umumnya berwarna hijau karena mengandung klorofil a dan b, α dan β karoten, dan xanthophyl; mempunyai cadangan makanan berupa tepung; bentuk thallus filamenthous multiseluler, coneocitik parenkimateous atau membranaceous. Reprouksi secara aseksual (zoospora motil) maupun seksual (isogami atau oogami). (Nybakken, 1992).
Chlorophyceae atau alga hijau merupakan salah satu kelompok besar alga yang jumlah genera dan spesiesnya sangat beranekaragam. Chlorophyceae hidup pada air yang salinitasnya tinggi, daerah oligotropik, sebagian ada yang di perairan payau. Beberapa ordo Chlorophyceae hidup di laut tertutup. Organisasi pada tubuh Chlorophyta meliputi uniselluler, koloni, filamen, membran atau menyerupai lembaran dan bentuk tubular. Organisasi selluler pada Chlorophyta seperti pada semua alga yaitu eukariotik (Dodge, 1973).
Ciri-ciri alga hijau (Chlorophyceae) menurut Aslan (1998) yaitu:
a.reproduksi mempunyai stadia berbulu cambuk, seksual, dan aseksual
b.mengandung klorofil a dan b, beta, gamma karoten, dan xantofil
c.berwarna hijau
d.pesediaan atau cadangan makanan berupa kanji dan lemak
e.dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan, dan mannan
f.memiliki tilakoid
g.dalam plastida terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produksi fotosintesis
h.thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membran, tubular, dan kantong, atau berbentuk lain
i.umumnya eukariotik, berinti satu atau banyak (kunositik)
j.bersifat bentik dan planktonik.
Spesies dari kelas chlorophyceae ini sebagian besar nonmotil, tetapi beberapa sel reproduktif dapat berflagel. Mempunyai bahan makanan berupa minyak dan pati. Berkembang biak dengan membelah, pembentukan zoospora aseksual berflagella, atau secara seksual dengan isogami dan heterogami (Pandey, 1995).
Sebaran alga hijau banyak terdapat pada mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bagian bawah mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut sampai kecelukan 10 m atau lebih, dengan kata lain terdapat pada habitat yang mendapat penyinaran matahari secara langsung (Romimohtarto, 2001).
Algae hijau yang hidup di perairan air tawar, contohnya Volvox dan Pondorina. Pada umumnya alagae hijau mempunyai struktur tubuh yang bervariasi; ada yang berbentuk motil, benang (filamentous), bentuk rambut, tabung (sophonaceus), bentuk chova, bentuk palmella dan ada yang berbentuk bola. Contoh dari species ini adalah Ulva sp., Caulerpa sp. dan Halicystis sp..( Robert Zottoli, 1983 ).
Karakteristik Chlorophyceae sangat serupa dengan yang dimiliki oleh tumbuhan tinggi. Karakteristik yang serupa tersebut yaitu menyimpan karbohidratnya dalam bentuk kanji sebagai cadangan makanan utamanya, susunan dinding selnya (selulosa), pigmen fotosintesisnya (klorofil a dan b dan sebagainya), serta ultra strukturnya (Loveless, 1989).

Phaeophyceae
Phaeophyceae, biasa disebut alga coklat yang seluruhnya hidup dilaut dengan siklus hidup menunjukan variasi tipe pergantian generasi (metagenesis). Warna coklat kekuningan yang disebabkan oleh adanya pigmen karotenoid, yaitu fukosantin yang sangat dominan sehingga menutupi klorofilnya. Cadangan makanan berupa zat hidrat arang laminarin yang larut dalam getah sel. Reproduksi aseksual dengan cara menghasilkan zoospora berflagel, sedangkan reproduksi seksual dilakukan dengan cara peleburan gamet. Berdasarkan atas tipe pergantian keturunannya, Phaeophyceae dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : isogeneratae, heterogeneratae dan cyclosporeae (Anonim, 2005a). Semua Phaeophyceae bersel banyak dan berupa benang-benangan atau memiliki bagian seperti thallus yang rumit yaitu tangkainya dan pegangan dasar yang kerap kali seperti akar tampaknya (Nybakken, 1982). Salah satu contoh dari kelas Phaeophyceae adalah Sargassum sp. yang apabila terlepas dari substrat akan dapat hidup mengapung karena mempunyai gelembung-gelembung udara sebagai pelampung (Nontji, 1993).
Ciri-ciri Phaeophyceae yang lain menurut Aslan (1998) yaitu :
a.Saat bereproduksi, alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual;
b.Mempunyai pigmen betakaroten, violaxantin dan fukoxantin;
c.Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaria (beta, 1-3 ikatan glukan);
d.Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat;
e.Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis);
f.Ukuran dan bentuk thalli beragam, dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan ada pula yang tidak bercabang;
g.Umumnya tumbuh sebagai alga bentik.
Menurut Bold and Wyne (1978), phaeophyceae terdiri atas tiga subkelas berdasarkan pergantian keturunan. Isogenerate ditandai dengan suatu pergantian keturunan dengan saprofit dan gametofitnya mempunyai ukuran yang sama namun sitologinya berbeda. Heterogenerate ditandai dengan suatu pergantian keturunan saprofit dan gametofitnya berbeda ukuran dan bentuknya. Umumnya saprofit lebih besar dari gametofitnya. Cyclospora ditandai dengan daur hidup tanpa suatu pergantian keturunan.
Cara perkembangbiakan aseksual pada bentuk sederhana umumnya menghasilkan zoospora atau fragmentasi. Reproduksi seksual terdapat pada kebanyakan alga coklat, tipe sejarah hidupnya haplodiplontik. Sporofit memproduksi gametofit melalui zoospora yang merupakan hasil akhir dari meiosis (Dawes, 1981). Alga coklat juga dikenal dengan dua tipe reproduksinya. Pertama, terdiri dari multisellulair atau organ plurilocular, yang memproduksi sel motil tunggal. Struktur keseluruhan diturunkan dari mitosis dan biasa disebut mitosporangium. Tipe kedua adalah unilocular sporangium, sel tunggalnya sperikal dan membesar. Lazimnya bagian dari meiosis, seperti meiosporangium, walaupun ada juga yang apomeiosis (Bold dan Wynne ,1978).

Rhodophyceae
Alga merah mempunyai habitat yang kosmopolitan tetapi paling banyak ditemukan didaerah tropis. Alga merah berada di bagian yang paling tinggi dari zone antar pasang hingga kedalaman yang lebih daripada alga-alga yang lain dikebanyakan tempat. Rhodophyceae kurang lebih memiliki 400 genus dan 2500 spesies. Kelompok ini hampir semuanya hidup di laut dan hanya kira-kira 12 genus dan kurang dari 100 spesies yang hidup di air tawar. (McConnaughey, 1983).
Sejumlah alga merah mempunyai arti ekonomi yang penting baik sebagai makanan langsung bagi manusia maupun sebagai sumber ekstrak phycocolloid Sebagian besar anggotanya hidup di laut, hanya tiga jenis yang ada di air tawar, yang umumnya ditemukan di sungai mengalir, meskipun sebagian kecil yang uniselluler terdapat di tanah. Bentuk yang terdapat di laut mempunyai habitat yang bervariasi mulai dari intertidal sampai laut yang dalam (Dawes, 1981).
Ciri-ciri alga merah yang lain menurut Aslan (1998) adalah sebagai berikut.
a.Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
b.Reproduksi seksualnya dengan karpogonia dan spermatia.
c.Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multi aksial (banyak sel di ujung thallus).
d.Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
e.Memiliki pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru).
f.Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli, seperti: merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning, dan hijau.
g.Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
h.Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan furselaran.
Rhodophyta dibagi menjadi satu kelas yaitu rhodophyceae. Kromatofornya mengandung klorofil a, karoten dan xanthophyl; mempunyai ficoerithrine dan fikosianin yang menyebebkan warna merah, cadangan makanan berupa tepung florida (Vashita, 1984)
Rhodophyta dibagi menjadi dua subkelas yaitu florideae dan bangioideae. Florideae mempunyai sel yang berhubungan satu sama lain yang dihubungkan oleh benang-benang sitoplasma, sedang bangioideae tidak demikian. Bangioideae mempunyai tubuh berbentuk filamen atau lembaran, sel yang banyak, terdiri dari satu bangsa (bangiales) dan marga poryphyra (Pandey, 1995)




B.Metodologi
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1)Buku gambar
2)Pensil
3)Penghapus
4)Pena
5)Penggaris
6)Pinset
7)Piring preparat

b. Bahan
Chlorophyceae :
1)Ulva sp.
2)Caulerpa sp.
3)Halicytis sp.
4)Codium sp.
5)Enteromorpha sp.
6)Halimeda sp.
7)Spyrogira sp.
Phaeophyceae :
1)Sargassum sp.
2)Padina sp.
3)Turbinaria ap.
4)Dictyota sp.
Rhodophyceae :
1)Amphiora sp.
2)Gellidium sp.
3)Acanthopora sp.
4)Gigartina sp.
5)Laurencia sp.
2. Cara Kerja
a.Preparat yang akan diamati disiapkan
b.Masing-masing preparat yang telah disediakan diklasifikasikan
c.Morfologi preparat digambar
d.Nama bagian-bagian tubuh alga ditulis
e.Alga dideskripsikan

jenis alga hijau, alga merah dan alga coklat. Masing-masing alga memiliki bentuk thallus yang berbeda-beda. Organisme alga masih disebut thallus karena belum mempunyai akar, daun, batang dan bunga sejati. Spesies yang diamati dari kelas Chlorophyceae, Phaeophyceae dan Rhodophyceae antara lain :
Chlorophyceae
1.Ulva sp.

Ulva sp. sering disebut sebagai selada laut karena thallus dari alga ini berbentuk lembaran yang menyerupa selada. Lembaran daun berwarna hijau karena pengaruh dari kandungan klorofil a dan b. Biasa hidup berkoloni dengan melekat pada substrat
dengan bantuan holdfast (Anonim, 2005a).
Thallus pada spesies merupakan lembaran utama yang bercabang, berbatasan dengan holdfast yang berfungsi sebagai alat melekat di dasar perairan. Tubuh dari spesies ini memiliki lapisan lilin sehingga apabila tekena panas akan mengkilap. Lapisan tersebut juga berfungsi untuk menghindari hilangnya cairan tubuh saat terkena panas yang terjadi pada waktu surut tiba (Pandey, 1995; Taylor, 1960).
Ulva sp. adalah alga yang berbentuk heterothalik, berkembang biak secara aseksual dengan oospora berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetatif, sedangkan secara seksual dengan peleburan sel-sel kelamin (Loveless, 1989).

2.Caulerpa sp.

Caulerpa sp. termasuk ke dalam algae hijau (Chlorophyceae). Bentuk tubuh dari spesies ini adalah senositik. Alga jenis ini memiliki bentuk tubuh yang sangat spesifik karena menyerupai segerombolan buah anggur yang tumbuh pada tangkainya. Spesies mempunyai cabang utama yang berupa axis/stolon sehingga dimasukkan sebagai bangsa siphonales (stolon berbentuk seperti pipa). Holdfast yang terdapat menyebar di seluruh axis berfungsi untuk melekat pada substrat. Alga ini terdiri dari banyak spesies yang umumnya banyak dijumpai pada pantai yang memiliki rataan terumbu karang. Spesies ini tumbuh pada substrat karang mati, pasir yang berlumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak tahan terhadap kondisi kering, oleh karena itu tumbuh pada saat surut terendah yang masih tergenang air (Aslan, 1991).

3.Halicystis sp.

Halicystis sp. adalah alga dengan bentuk tubuh lonjong, mendatar tanpa sekat melintang yang terdiri dari tonjolan-tonjolan (asimilator) yang berisi sitoplasma dan klorofil. Tonjolan-tonjolan ini berfungsi sebagai tempat fotosintesis. Aktifitas fotosinteis yang berpusat pada tojolan-tonjolan ini, menyebabkan warnanya menjadi hijau tua. Selain sebagai asimilator, tonjolan-tonjolan ini juga berfungsi sebagai mengapung ketika air pasang. Hanya alat perkembangbiakannya saja yang memiliki pemisah berupa sekat. (Anonim, 2005a).
Spesies ini berbentuk seperti balon yang didalamnya terdapat cairan/sitoplasma. Thallus spesies ini tidak memiliki dinding pemisah melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan plastida (Pandey, 1995).

4.Spirogyra sp.

Spirogyra sp. berasal dari kata speira yang berarti gulungan dan gyros yang berarti membelit. Kloroplas terdiri atas beberapa pirenoid dan mempunyai spiral kloroplas yang menyerupai pita, memenuhi lebar ruang dan panjangnya sama dengan panjang sel tersebut. Dinding selnya mengandung gelatin. Spesies ini mempunyai sel silinder yang berisi vakuola besar di tengah yang intinya berbentuk non spherical dan terikat oleh benang sitoplasma. Spirogyra sp. hidup di dasar atau mengapung di perairan (Anonim,2005a)
Pada tubuhnya terdapat sel silinder dengan vakuola yang besar dibagian tengahnya. Terdapat pula spyral kloroplast yang menyerupai pita dengan panjang seperti sel tersebut (Romimohtarto, 2001).





5.Halimeda sp.

Asal kata dari Halimeda sp. adalah halimos yang berarti laut, mempunyai bentuk lempengan yang saling sambung-menyambung, tersusun dari zat kapur yang mengeras dan diselingi oleh calcareous (jaringan non kapur) yang fleksibel. Antar lempengan dihubungkan oleh sendi yang tersusun oleh crystal aragonite secara acak dan bergerombol. Thallus tertambat pada substrat pasir dengan holdfast fibrous (Taylor, 1960).
Menurut Anonim (2005b) spesifikasi alga ini adalah pertumbuhan thalli kompak kandungan karbonat tinggi, tinggi 7 cm. Percabangan utama dichotomus atau trichotomus. Segmen berlekuk-lekuk lebar 29 mm. Panjang 15 mm. Basal segmen lebar 21 mm dan panjang 20 mm. Holdfast lebar 17 mm dan panjang 15 mm. Persebarannya banyak dijumpai pada substrat pasir, pasir lumpuran dan pecahan karang. Dipaparan pasir tumbuh berasosiasi dengan tumbuhan lamun. Keberadaan jenis ini banyak dijumpai di perairan laut.

6.Enteromorpha sp.

Enteromorpha sp. berasal dari kata enteron yang berarti usus dan morphe yang berarti bentuk. Sel bagian tengah dan ujung berisi satu pirenoid di setiap selnya. Kloroplasnya sering memiliki bentuk seperti mangkuk yang tampak di bagian permukaan dengan ukuran yang berbeda panjangnya pada masing-masing sel. Bentuk dan susunan selnya seperti pada tumbuhan tingkat tinggi (Anonim, 2005b).
Alga ini berukuran kecil dan sering membentuk rumpun. Thallusnya berbentuk tabung dan di dalamnya terdapat ruang silinder. Siklus hidupnya mengalami pergantian keturunan yang isomorfik, tetapi beberapa spesies hanya menggunakan zoospora dalam reproduksinya. Zoospora dibebaskan melalui lubang lateral pada dinding sel. Alga ini digunakan untuk makanan ikan (Aslan, 1991).

7.Codium sp.

Codium sp. berasal dari kata kodion yang berari kulit binatang. Bentuk tubuh seperti tabung (siphoneceous) yang bertekstur tidak padat (berongga/berpori), lembut dan lentur dengan warna tubuh hijau tua. Ciri utama yang terdapat pada spesies ini adalah adanya percabangan dikotomi dan branch pada thallusnya Dinding sel dilapisi oleh gelatin. Habitatnya terdapat pada daerah yang tergenang air saat surut terendah dan selalu terkena sinar matahari ( Anonim, 2005a)
Phaeophyceae

1.Sargassum sp.

Spesies ini berwarna coklat, mempunyai holdfast, axis (cabang utama) dan branch. Tubuh alga ini didominasi oleh warna coklat kekuningan, bentuk thallus silindris atau gepeng. Tubuh utama bersifat diploid atau merupakan sporofit, thallus mempunyai cabang yang menyerupai tumbuhan angiospermae, thalli agak gepeng, licin, batang utama bulat agak kasar. Spesies ini memiliki air bladder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air pada saat air di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan air saat terhempas ketepian pantai Alga dari laut ini berasal dari daerah pantai. Saat mereka terpatah dari induknya, mereka hanyut ke lepas pantai dan berkembang biak disana. Sargasum sp. terus mengapung dengan bantuan air bladder dan tumbuh secara vegetatif, perkembangbiakan melalui fragmentasi. (Romimohtarto, 2001).
Daunnya disebut lateral dan tulang daunnya disebut midrib. Tangkai daun pendek dan bergerigi, tebal, licin dan kebanyakan asimetri. Holdfastnya berperan penting untuk melekatkan diri pada substrat. Main axis dapat dibedakan dengan branch dan thallusnya berwarna coklat kehijauan. Reproduksi dengan peleburan dua sel gamet yang serupa atau berbeda. Kandungan iodinnya tinggi, demikian pula dengan vitamin C dan protein (Anonim, 2005a).

2.Turbinaria sp.

Spesies ini mempunyai bentuk tubuh seperti semak/pohon (tumbuhan Angiospermae) dan seolah-olah punya akar, batang dan daun sejati. Warna tubuhnya didominasi oleh warna coklat kekuningan dan mempunyai banyak percabangan yang menyerupai terompet yang disebut lateral. Lateral mengandung lapisan lilin untuk beradaptasi pada suhu tinggi dan sinar matahari sehingga dapat mengurangi penguapan. Di bagian tengah lateral terdapat air bladder (gelembung udara), air bladder ini sangat bermanfaat untuk beradaptasi dengan daerah intertidal (daerah pasang surut). Ketika air pasang maka Turbinaria sp. akan mengapung di permukaan karena mempunyai air bladder. Selain itu air bladder juga berfungsi sebagai cadangan air saat terhempas ketepian pantai. Lateral menempel pada axis (cabang utama) dan branch. Dinding sel terdiri dari tiga macam zat, yaitu pektin, algin, dan selulosa (Dawes, 1990).
Receptacle ada di bagian ketiak daun yang fertil, berisi konseptacle yang berfungsi untuk organ reproduksi. Konseptacle menghasilkan ovum dan spermatozoid sehingga bersifat heterothallus. Habitatnya zona intertidal dengan ombak besar maupun terlindung dari ombak. Spesies ini mempunyai kandungan hara yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai rabuk (fertilizer). Sumber algin, thannin dan phenol yang sangat bermanfaat dalam dunia kesehatan. Turbinaria sp. juga dapat berfungsi sebagai penolak serangga (Anonim, 2005a).

3.Padina sp.

Spesies ini berbentuk seperti kipas dan mempunyai warna coklat. Akarnya berbentuk serabut yang disebut holdfast untuk menempel kuat pada substrat sehingga dapat digunakan untuk beradaptasi terhadap gerakan ombak pada daerah intertidal. Di bagian yang menyerupai kipas terdapat garis-garis horisontal yang disebut garis konsentris.. Di ujung daun terdapat penebalan yang disebut penebalan gametangia yang berfungsi sebagai reproduksi gamet dan pelindung daerah pinggiran daun agar tidak sobek karena ombak besar pada zona pasang-surut (Anonim, 2005a)
Spesies ini tergolong ordo Dictyotales yang mempunyai bulu cambuk dan sporangium beruang satu dan transparan, biasanya berkembangbiak secara aseksual dengan oogonium. Satu oogonium merupakan satu sel telur dan gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Fase hidup yang dilalui Padina adalah fase gametofit dan sporofit yang bergilir dan beraturan (Dawes 1990).

4.Dictyota sp.

Alga ini berwarna hijau agak kemerahan dan menyerupai rumput karena bentuk dan warnanya. Thallusnya memanjang dan berbentuk seperti pita, lebarnya 2 mm tersusun oleh 3 lapis sel. Bagian dalam tumbuhan ini terdiri dari dua lapisan yang terdiri dari dinding sel yang tipis kecil juga dilengkapi dengan kromatofor dan pada bagian tengah terdapat suatu lapisan pertengahan yang besar, dinding sel yang tebal memiliki sedikit kromatofor. Lapisan tengah yang merupakan sel yang paling besar diapit oleh dua lapisan atas bawah yang selnya sangat kecil. Tumbuh di batuan dasar pada daerah mid-litoral (Anonim, 2005b).
Di setiap ujung thali terdapat percabangan dikotomi yaitu tipe percabangan becabang dua yang mudah terlepas untuk membentuk alga baru yang bebas dalam perkembangbiakan vegetatif. Di setiap bagian cabang terdapat stubby spine yang bentuknya seperti titik-titik yang sangat kecil. Akarnya merupakan akar yang berbentuk serabut yang disebut holdfast. Dictyota sp. beradaptasi terhadap gerakan ombak pada daerah intertidal dengan holdfast yang melekat kuat pada substrat sehingga tidak mudah terhempas (Dawes, 1990).

Rhodophyceae
1.Amphiroa sp.

Spesies ini berwarna merah dan mempunyai banyak cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary branch dan secondary branch. Thallus berkapur mengandung Ca. Thallus membentuk hamparan setinggi 2-4 cm. Spesies ini melimpah di zona intertidal atas yang terisolasi atau tempat terbuka dan pada teluk kecil kedalaman 7 m, tumbuh menempel pada dasar pasir atau menempel pada substrat dasar lainnya di dasar lamun. Persebarannya banyak terdapat di daerah tropis, saeprti di Indonesia. Dalam dunia kesehatan banyak dimanfaatkan sebagai bahan anti mikrobia (Anonim, 2005b)
Alga ini mengandung zat kapur pada thalli yang berbentuk silindris. Thallusnya berbuku-buku dan diantara nodusnya (sekat) terdapat internodus (ruas). Alga ini hidup dilaut, terutama dalam lapisan-lapisan air dalam yang hanya dapat dicapai oleh gelombang pendek. Hidup alga ini sebagai bentos yang melekat erat pada substrat (Anonim, 2005a).

2.Gigartina sp.

Spesies ini memiliki substansi thalli lunak seperti gel dan tipis dengan warna ungu. Thalli-nya membentuk lembaran (disebut lamina atau blade) dengan percabangan yang rimbun, simple (biasa) atau dicotonus. Di permukaan thalli terdapat cystocarp yang jelas kelihatan berupa bintilan dan spermatongia-nya mengumpul pada ujung percabangan thalli (Anonim, 2005a)
Spesies ini biasanya tumbuh menempel di rataan batu pada terumbu, terutama di tempat-tempat yang masih tergenang air pada saat air surut rendah. Alga ini dimanfaatkan sebagai sumber agar-agar, carragenan, bahan anti bakteri dan bahan anti tumor. Alga ini juga kaya akan asam folat dan asam folinat (Anonim, 2005b).

3.Gelidium sp.

Gelidium sp. merupakan salah satu spesies dari famili gelidiaceae. Spesies ini memiliki warna merah kecoklatan (pirang), bentuk tubuh seperti rumput atau semak, batang utama tegak dan mempunyai cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary branch dan secondary branch. Sepanjang tubuhnya ditumbuhi bagian yang seperti duri. Di ujung cabang terdapat spical pit yang berbentuk bulat yang merupakan titik tumbuh. Alga ini memiliki holdfast yang berfungsi sebagai tempat melekat pada terumbu karang sehingga dapat beradaptasi dengan gerakan ombak pada zona pasang-surut (Anonim, 2005a).
Alga ini termasuk dalam kelompok Rhodophyceae dan tergolong ke dalam carragenophyt, yaitu kelompok penghasil carragenan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pasta, bahan pembuat cream jelly, agar-agar dan roti. Selain itu Gelidium sp. memiliki kadar protein yang tinggi dan berbagai macam vitamin yang penting. Persebaran alga ini dipengaruhi oleh alam seperti substrat, salinitas, ombak, arus, dan pasang surut. Alga ini muncul di permukaan laut pada saat surut dan mengalami kekeringan (Dawes, 1990).

4.Laurencia sp.

Laurencia sp. mempunyai warna thallus hijau tua sampai merah kecoklatan karena adanya pigmen fikoeritrin. Axis pada spesies ini terkesan rebah dan memiliki holdfast untuk melekatkan diri pada substrat. Di percabangan axis terdapat primary branch yang pada ujungnya terdapat spical pit. Pertumbuhan di spical pit lebih cepat daripada bagian thallus lainnya. Alga ini termasuk alga tetrasporofik yang sel auxilary-nya akan terbentuk setelah melakukan fertilisasi dan tumbuh di atas sel pendukung karpogonium (Anonim, 2005a)
Spesies ini memiliki tubuh yang berbentuk silindrik atau memipih, berwarna merah kecoklatan dan mempunyai cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary branch dan secondary branch. Alga ini merupakan bahan makanan sebagai bahan pembuat agar-agar karena kandungan serat dan karbohidratnya yang tinggi. Alga ini paling banyak digunakan sebagai hidrokoloid, terutama pada pangan, farmasi, kosmetik dan sebagai anti jamur/anti fungal. (Anonim, 2005b).

5.Acanthopora sp.

Thallus silindris, berduri lonjong runcing dan rapat yang terdapat di hamper seluruh permukaan thali. Percabangan tidak teratur, gembal merimpun di bagian atas rumpun dengan warna coklat tua. Rumpunnya dapat mencapai tinggi sekitar 15 cm. Alga ini berwarna coklat tua, dengan warna thali coklat kehijauan sampai ungu. Tubuhnya silindris, berdiri tegak dan sedikit bercabang. Thalli-nya berbentuk seperti jarum yang bertindak sebgai assimilator yang berperan dalam proses fotosintesis. Alga ini diolah oleh manusia sebagai bahan makanan, yaitu sebagai bahan pembuat agar-agar dan merupakan sumber karageenan untuk pasta (Anonim, 2005b).
Organ seksual secara tipikal muncul di atas tricoblast yaitu cabang eksogenus yang dihasilkan dari sel sub apical sebelum sel pericentral dipotong atu di putus dari sel axial. Spermatangia berasal dari berbagai cara, hal ini tergantung dari genus partikularnya. Spermatangia lebih sering muncul diatas tricoblast. Spermatangia membentuk kelompok, yaitu suatu himpunan yang berbentuk silindrik. Pericarp muncul pada saat sebelum fertilisasi tetrasporongium diproduksi oleh sel pericentral. Sel ini dibagi secara longitudinal, dengan memotong dua pelindung sel dan land memotong transporangium secara distal dan menyisakan sel yang bentuknya menyerupai batang. Tetrasporangia akan selalu terbagi secara tetrahedral (Romihartono, 2001).











E.Kesimpulan dan Saran
1.Kesimpulan

1.Alga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan kita, baik itu diunakan sebagai bahan makanan ataupun yang lainnya.
2.Chlorophyceae ini berwarna hijau dan umumnya tersebar di belahan bawah dari mintakat pasut. Kebanyakan spesies dari kelas ini nonmotil, juga sangat tersebasar luas di perairan tropik.
3.Phaeophyta memiliki warna dominan coklat karena jumlah karotenoid dan fukoxanthin yang besar di kloroplasnya, mempunyai gelembung udara yang berfungsi sebagai alat pengepung dan menjaga tubuh untuk tetap tegak dalam air.
4.Rhodophyta memiliki warna dominan merah karena terdapat pigmen yang dominan adalah r-fikoeritrin ditambah pigmen lain seperti klorofil a dan d, β karoten, fikobiloprotein, floriden, dan fikosianin. Tidak mempunyai gelembung udara.
5.Sebagian besar spesies dari kelas Chlorophyceae, Phaeophyceae dan Rhodophyceae mempunyai sistem atau organ tubuh yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
6.Kelas Chlorophyceae antara lain Halicystis sp., Enteromorpha sp., Halimeda sp., Codium sp., Caulerpa sp., Ulva sp. dan Spirogyra sp.
7.Kelas Phaeophyceae antara lain Turbinaria sp., Sargassum sp., Padina sp., Dictyota sp.
8.Contoh alga Rhodophyceae adalah: Amphiroa sp., Gelidium sp., Gigartina sp., Laurencia sp., dan Acanthopora sp

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com